Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Selasa, Desember 31, 2013

Surat Yasin Jantungnya Al-Qur'an


Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai jantung, sedangkan jantung Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barangsiapa membacanya, sepertinya ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali.
Menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hadits diatas adalah hadits maudhu’. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi IV/46, dan Darimi II/456, dengan sanad dari Humaid bin Abdur Rahman, dari Hasan bin Saleh, dari Harun Abu Muhammad, dari Muqatil bin Hayyan, dari Qatadah, dari Anas r.a.
Imam Tirmidzi berkata, “Hadits ini adalah hasan yang gharib (asing). Kami tidak mengenalinya kecuali dengan sanad tunggal ini. Dan Harun Abu Muhammad adalah majhul”.

Para pakar seperti Ibnu Katsir dalam tafsirnya III/563, Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Tahdzib dan al-Munziri dalam kitab Tarhib II/322 menyatakan riwayat tersebut gharib (asing). Namun, Ibnu Abi Hatim dalam kitabnya al-‘Illal berkata,” Saya tanyakan hadits tersebut kepada ayahku, maka ia menjawab, apakah dalam sanadnya terdapat Muqatil bin Sulaiman? Sungguh aku telah melihat hadits tersebut pada awal kitab yang dipalsukan oleh Muqatil bin Sulaiman’.
Ada kekeliruan dikalangan sebagian parawi hadits, dalam hal ini Tirmidzi dan ad-Darimi, karena pada riwayat yang dikeluarkan kedua perawi itu dalam sanadnya tertulis seorang bernama Muqatil bin Hayan. Menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albani, yang benar adalah Muqatil bin Sulaiman. Inilah yang masyhur dikalangan mayoritas pakar hadits sebagai perawi dhaif, sedangkan dikalangan sebagian pakar lainnya dikenal sebagai pemalsu riwayat.
Intisarinya, bila ternyata sanad yang ada pada Tirmidzi dan ad-Darimi itu benar adanya, yakni ada orang bernama Mjuqatil bin hayan, maka Waki’ telah memvonisnya sebagai perawai kadzdzab (pendusta). Namun, vonis tersebut oleh adz-Dzahabi dinilai bahwa yang dimaksud oleh Waki’ adalah Mukatil bin Sulaiman. Bila benar demikian, yakni dalam sanadnya terdapat Muqatil bin Sulaiman, maka telah dapat dipastikan riwayat hadits diatas adalah maudhu’, karena memang dia telah divonis oleh mayoritas pakar hadits sebagai pemalsu riwayat. (Silsilah Hadits Dha’if Dan Maudhu’ jilid 1, Muhammad Nashiruddin Al-Albani)
Pekanbaru, Desember 2013

Tidak ada komentar: