Nikmat yang paling penting dan paling layak untuk kita
syukuri adalah nikman iman. Sebab, dengan nikmat iman yang telah diberikan oleh
Allah Ta’ala, kita berpeluang terhindar dari azab di akhirat nanti. Untuk
orang-orang kafir telah disediakan Allah Ta’ala azab yang sangat menyakitkan.
Bersyukurlah kita yang telah diberi Allah hidayah untuk memeluk agama Islam
sampai kepenghujung umur. Berusahalah sungguh-sungguh memelihara keimanan
tersebut.
Apakah kamu tidak
melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan? (Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al-Kitab dan wahyu yang dibawa oleh
rasul-rasul Kami yang telah kami utus. Kelak mereka akan mengetahui ketika
belenggu dan rantai dipasang dileher mereka, seraya mereka diseret, kedalam air
yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api, kemudian dikatakan kepada
mereka, “ Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan selain Allah?”
mereka menjawab, “ Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu
tiada pernah menyembah sesuatu”. Seperti demikianlah Allah menyesatkan
orang-orang kafir. Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria dimuka
bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria. “Masuklah kamu
kepintu-pintu neraka jahannam dan kamu kekal didalamnya. Maka itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong. (QS. Al-Mu’min 40: 69-76)
Mengenai ayat-ayat ini, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
menjelaskan, apakah kamu tidak merasa heran hai Muhammad terhadap orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Allah dan membantah kebenaran dengan kebatilan,
bagaimana mereka menyimpangkan akal pikiran mereka dari kebenaran menuju
kebatilan. Mereka adalah “orang-orang
yang mendustakan Al-Kitab dan wahyu yang
dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah kami utus” berupa petunjuk dan
penjelasan. “Kelak mereka akan
mengetahui”. Ayat ini merupakan kecaman dan ancaman dari Allah SWT
sebagaimana firman-Nya, “Kecelakaan
besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan”(Al-Mursalaat : 19) “ Ketika belenggu dan rantai dipasang dileher mereka,” yaitu rantai yang disambungkan dengan belenggu
ditangan-tangan malaikat Zabaniyah. Mereka diseret diatas wajah-wajah mereka.
Sesekali ke neraka Hamim dan sesekali ke neraka Jahim. Itulah sebabnya
selanjutnya Allah SWT berfirman “seraya
mereka diseret, kedalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam
api”. Ayat ini seperti firman-Nya “ Inilah
neraka jahannam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka
berkeliling diantaranya dan antara air yang mendidih yang memuncak panasnya”.(ar-Rahman: 43-44)
Kemudian dikatakan
kepada mereka, “ Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan selain
Allah?” Yakni manakah saingan-saingan yang dahulu
kalian sembah selain Allah? Apakah hari ini mereka menolong kalian? Mereka menjawab, “ Mereka telah hilang
lenyap dari kami”. Yakni, mereka telah pergi, dan tidak mampu memberikan
manfaat apa-apa bagi kami, “bahkan kami
dahulu tiada pernah menyembah sesuatu”. Mereka tidak mau mengakui peribadatan mereka terhadap sembahan-sembahan mereka itu.
Hal ini sebagaimana firman-Nya “ Kemudian
tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan ‘ Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah
kami mempersekutukan Allah” (al-An’aam:
23). Itulah sebabnya dalam ayat selanjutnya Allah SWT berfirman,” Seperti demikianlah Allah menyesatkan
orang-orang kafir”. Lalu Allah berfirman, “Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria dimuka bumi dengan
tidak benar dan kamu selalu bersuka ria”. Yaitu, para malaikat berkata
kepada mereka, “inilah yang kamu terima,
sebagai balasan atas suka ria mu di dunia dengan batil, dan balasan suka ria ,
kejahatan dan nikmat yang telah kamu salah gunakan. “Masuklah kamu
kepintu-pintu neraka Jahannam dan kamu kekal didalamnya. Maka itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong”. Yakni, alangkah
buruknya tempat tinggal dan tempat istirahat yang didalamnya terdapat kehinaan
dan azab yang keras bagi orang-orang yang menyombongkan diri dari ayat-ayat
Allah, tidak mau mengikuti dalil-dalil dan hujjah-hujjahnya. Wallahu a’lam.
(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar