Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Selasa, Januari 14, 2014

Bid'ah Peringatan Maulid Nabi SAW

Tanpa bermaksud memperdebatkan tentang perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya kutip sebuah tulisan di dalam buku “Benteng Tauhid oleh Sekumpulan Ulama, Syekh Abdul Rahman as Sa’dy, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, Syekh Muhammad Shaleh Al Utsaimin, Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Al Jabrin. Judul tulisan diatas, adalah salah satu judul didalam buku tersebut.
Segala puji bagi Allah, dan semoga shalawat beriringan salam senantiasa tercurah untuk Rasulullah, keluarga, para sahabatnya dan untuk seluruh orang yang mengikuti petunjuknya.
Banyak sekali orang yang bertanya tentang hukum memperingati maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdiri bersama ketika peringatan berlangsung serta memberi salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal lainnya yang dilakukan orang-orang pada peringatan tersebut.
Jawabannya:

Tidak boleh memperingati hari maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan maulid siapapun, karena hal itu merupakan bid’ah yang diada-adakan dalam agama. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam, Khulafaur Rasyidin dan para sahabat, begitu pula tabi’in yang berada pada kurun terbaik tidak pernah melakukannya. Padahal, mereka adalah orang yang paling mengerti dengan sunnah dan orang yang paling sempurna cintanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta paling konsisten dalam mengikuti syari’atnya dibanding dengan orang-orang yang datang setelah mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami tanpa ada dasarnya, maka hal itu akan ditolak (tidak diterima).
Dalam hadits lain, Beliau bersabda:
Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang telah mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah dengannya, dan hindarilah oleh kamu sekalian hal-hal yang diada-adakan dalam agama, sesungguhnya setiap hal yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat.
Dua hadits ini merupakan peringatan yang keras kepada kita agar tidak mengada-ada bid’ah dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an:
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.(QS. Al-Hasr: 7)
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.(QS. An-Nur:63)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 100)
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku untukmu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.(QS. Al-Maaidah: 3)
Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.
Dengan mengada-ada semacam peringatan maulid, terkesan bahwa Allah Ta’ala belum menyempurnakan agama untuk umat ini, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum menyampaikan semua yang patut diamalkan oleh mereka, maka generasi terakhir mengada-ada dalam agama sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah, dengan keyakinan bahwa hal tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa hal ini sangat berbahaya dan merupakan pembangkangan terhadap Allah dan rasul-Nya, karena Allah telah menyempurnakan agama ini untuk para hamba-Nya, serta telah mencukupkan nikmat-Nya untuk mereka. Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya dengan sempurna. Tidak ada satu pun jalan yang membawa umat ke surga, dan menjauhkan mereka dari api neraka, kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah terangkan kepada mereka.
Di dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin “Amr, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, melainkan diwajibkan atasnya agar menunjukkan umatnya kepada semua kebaikan yang diketahuinya untuk mereka, dan mengingatkan mereka (agar menghindari) semua keburukan yang diketahuinya bagi mereka.(HR. Muslim)
Telah dimaklumi, bahwa Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi terakhir dan yang paling mulia, serta nabi yang paling sempurna nasehat dan risalahnya. Jikalau peringatan maulid ini termasuk ajaran ajaran agama yang di ridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti menyampaikannya kepada umat, atau melakukannya semasa hidupnya, atau dilakukan oleh para sahabat. Namun, tidak ada satupun hal tersebut yang terjadi. Ini berarti, peringatan maulid itu tidak termasuk sedikitpun dalam ajaran Islam, dan merupakan hal yang diada-adakan, yang mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umat agar menghindarinya, sebagaimana telah disebutkan pada dua hadits yang lalu, dan hadits-hadits lain yang semakna dengan itu, seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbah Jumat:
Selajutnya; Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sejelek-jelek perkara adalah hal-hal yang diada-adakan di dalam agama (bid’ah), setiap bid’ah itu adalah sesat.(HR.Muslim)
Sejumlah ulama secara tegas mengingkari dan melarang peringatan maulid, berdasarkan kepada dalil-dalil di atas dan dalil-dalil lainnya.
Sebagian ulama dari kalangan mutaakhirin membolehkannya selama tidak mengandung hal-hal yang munkar, seperti berlebihan dalam pujian-pujian kepada Rasulullah, campur baur antara laki-laki dan wanita, menggunakan alat-alat musik dan hal-hal lain yang tidak dibolehkan oleh syara’. Mereka menganggap hal itu merupakan bid’ah hasanah.
Padahal dalam kaidah syar’iah dikatakan, bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan manusia, wajib dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah, Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. An Nisa: 59)
Tentang apapun yang kamu perselisihkan, maka hukumnya (terserah) kepada Allah. (QS. Asy Syuura: 10)
Dan kita telah kembalikan masalah peringatan maulid ini kepada Al Quran, dan kita dapatkan di dalamnya, bahwa Allah memerintahkan kita semua untuk mengikuti seluruh yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengingatkan kita agar menjauhi semua yang dilarangnya. Al Quran juga memberitakan kepada kita bahwa Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama untuk umat ini, sedangkan peringatan maulid tidak termasuk dalam apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam. Ini berarti ia tidak termasuk ajaran agama yang telah disempurnakan Allah bagi kita, dan Allah telah memerintahkan kita semua untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita juga telah kembalikan permasalah ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian kita tidak mendapatkan bahwa Beliau pernah melakukan atau memerintahkannya. Begitu pula para sahabat, mereka juga tidak pernah mengamalkannya. Dengan demikian, kita ketahui, bahwa ia tidaklah termasuk ajaran agama kita, tetapi hal itu merupakan bid’ah yang diada-adakan, dan mencontoh kaum Yahudi dan Nasrani dalam perayaan-perayaan mereka.
Maka jelaslah bagi siapa saja yang menginginkann yang hak, bahwa perayaan maulid bukanlah bagian dari ajaran Islam, tetapi ia adalah bid’ah yang dibuat-buat, yang mana Allah dan rasul-nya telah memerintahkan kita untuk meninggalkan dan menghindarinya.
Tidaklah patut bagi seseorang yang berakal, tergiur dengan banyaknya orang yang melakukan hal tersebut diberbagai belahan dunia. Sesungguhnya ukuran kebenaran itu, bukanlah pada banyaknya jumlah orang yang melakukannya. Tetapi, ukurannya adalah dalil-dalil syara’, sebagaimana Allah berfirman tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani:
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata:” Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani, demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:”Tunjukkanlah bukti kebenaran jika kamu adalah orang-orang yang benar.(QS. Al Baqarah; 111)
Allah berfirman:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.(QS. Al An’am: 116)
Disamping perayaan maulid tersebut adalah bid’ah, biasanya ketika acara berlangsung banyak mengandung kemunkaran lain seperti campur baur laki-laki dan wanita, nyanyian dan alat musik dan lain sebagainya. Bahkan terjadi juga hal yang lebih parah dari itu semua, yaitu syirik akbar, dengan menunjukkan sikap yang berlebihan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau selainnya seperti para wali, serta berdo’a, memohon pertolongan dan bantuan kepadanya, dan meyakini bahwa dia mengetahui yang ghaib, dan berbagai bentuk kekufuran lainnya yang di contoh oleh kebanyakan orang yang menghadiri perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dari orang-orang yang mereka sebut sebagai wali-wali.
Didalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Hindarilah oleh kamu sekalian bersikap ghuluw (berlebihan) dalam agama. Sesungguhnya sikap ghuluw dalam agama itulah yang telah menyebabkan hancurnya orang-orang yang sebelum kamu.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kamu sekalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji (Isa) putra Maryam. Hanyasanya aku adalah seorang hamba, maka ucapkanlah:”Hamba Allah dan Rasul-Nya”.(HR. Bukhari dari Umar r.a)
Merupakan suatu hal yang aneh dan mengherankan, bahwa banyak diantara manusia yang rajin dan bersemangat dalam menghadiri perayaan-perayaan bid’ah tersebut. Bahkan mereka membela dan mempertahankannya, tapi disisi lain mereka meninggalkan hal-hal yang secara jelas diwajibkan Allah kepada mereka, seperti menghadiri shalat Jumat dan shalat berjama’ah. Mereka tidak mengindahkannya dan tidak menganggap bahwa mereka dengan demikian telah berbuat kemunkaran yang besar. Ini jelas sekali, disebabkan oleh kelemahan iman serta minimnya pemahaman dan pengetahuan terhadap agama, disamping hati yang kotor yang telah dibalut oleh berbagai macam jenis dosa dan maksiat. Hanya kepada Allah kita memohon keselamatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin di dunia dan akhirat.
Diantara hal yang aneh juga, bahwa sebagian dari mereka meyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir bersama mereka dalam acara maulid tersebut. Oleh karena itu, mereka secara bersama berdiri untuk menyambut dan memberi penghormatan kepada Beliau. Ini merupakan kebathilan dan kebodohan yang nyata, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan keluar dari kuburnya sebelum hari kiamat, dan selama itu Beliau tidak akan berhubungan dengan siapapun dan tidak akan hadir dalam pertemuan-pertemuan mereka. Akan tetapi, Beliau akan tetap tinggal di kuburnya sampai hari kiamat, sedangkan ruh Beliau berada ditempat tertinggi disisi Allah ditempat yang mulia. Allah berfirman:
Kemudian kamu sekalian setelah itu benar-benar akan mati, kemudian sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat akan dibangkitkan (dari kuburmu).(QS.Al Mukminun: 15-16)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Aku adalah orang pertama yang akan dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat, dan aku adalah orang pertama yang memberi syafa’at dan yang diizinkan memberi syafa’at.
Ayat dan hadits diatas, begitu pula ayat-ayat dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya, menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang meninggal dunia lainnya akan dibangkitkan dari kubur-kubur mereka pada hari kiamat. Ini telah merupakan ijma’ (kesepakan) para ulama. Maka setiap muslim harus hati-hati dalam hal ini, jangan sampai terjerumus kepada bid’ah-bid’ah dan khurafat yang sengaja diada-adakan oleh orang-orang jahil dan yang sejenis dengan mereka. Hanya Allah tempat kita memohon pertolongan, hanya kepada-Nya kita berserah diri dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin-Nya.
Adapun mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk ibadah dan amal shaleh yang paling afdhal (utama), sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.(QS. Al Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang bershalawat kepadaku dengan satu shalawat, maka Allah akan bershalawat (memberi rahmat) kepadanya dengan sepuluh kali lipat.
Shalawat tersebut disyari’atkan disetiap waktu, terutama dipenghujung shalat. Bahkan menurut sejumlah ulama, hukumnya adalah wajib pada tasyahhud akhir dalam setiap shalat, dan sunat muakkad pada beberapa waktu, diantaranya adalah setelah azan, ketika disebut nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari Jumat dan malamnya sebagaimana yang tertera dalam banyak hadits shahih.
Semoga Allah memberi taufik kepada kita dan seluruh kaum muslimin untuk memahami dan mendalami Islam, serta konsisten dengannya, dan menganugerahkan kepada kita semua kekuatan untuk  tetap berpegang teguh kepada Sunnah dan menjauhi bid’ah. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Mulia.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.







Tidak ada komentar: