Tanpa bermaksud memperdebatkan tentang perayaan memperingati
maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya kutip sebuah tulisan
di dalam buku “Benteng Tauhid oleh Sekumpulan Ulama, Syekh Abdul Rahman as
Sa’dy, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, Syekh Muhammad Shaleh Al Utsaimin, Syekh
Abdullah bin Abdul Rahman Al Jabrin. Judul tulisan diatas, adalah salah satu
judul didalam buku tersebut.
Segala puji bagi Allah, dan semoga shalawat beriringan salam
senantiasa tercurah untuk Rasulullah, keluarga, para sahabatnya dan untuk
seluruh orang yang mengikuti petunjuknya.
Banyak sekali orang yang bertanya tentang hukum memperingati
maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdiri bersama ketika peringatan
berlangsung serta memberi salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
hal lainnya yang dilakukan orang-orang pada peringatan tersebut.
Jawabannya:
Tidak boleh memperingati hari maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan maulid siapapun, karena hal itu merupakan bid’ah yang
diada-adakan dalam agama. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam, Khulafaur
Rasyidin dan para sahabat, begitu pula tabi’in yang berada pada kurun terbaik
tidak pernah melakukannya. Padahal, mereka adalah orang yang paling mengerti
dengan sunnah dan orang yang paling sempurna cintanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta paling konsisten dalam mengikuti
syari’atnya dibanding dengan orang-orang yang datang setelah mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa
yang mengada-ada dalam urusan agama kami tanpa ada dasarnya, maka hal itu akan
ditolak (tidak diterima).
Dalam hadits lain, Beliau bersabda:
Berpegang
teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang telah
mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah dengannya, dan hindarilah oleh
kamu sekalian hal-hal yang diada-adakan dalam agama, sesungguhnya setiap hal
yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat.
Dua hadits ini merupakan peringatan yang keras kepada kita
agar tidak mengada-ada bid’ah dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an:
Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah.(QS. Al-Hasr: 7)
Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.(QS. An-Nur:63)
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21)
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal
didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 100)
Pada hari
ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku
untukmu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.(QS. Al-Maaidah: 3)
Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.
Dengan mengada-ada semacam peringatan maulid, terkesan bahwa
Allah Ta’ala belum menyempurnakan agama untuk umat ini, dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum menyampaikan semua yang patut diamalkan
oleh mereka, maka generasi terakhir mengada-ada dalam agama sesuatu yang tidak
diizinkan oleh Allah, dengan keyakinan bahwa hal tersebut bisa mendekatkan
mereka kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa hal ini sangat berbahaya dan
merupakan pembangkangan terhadap Allah dan rasul-Nya, karena Allah telah menyempurnakan
agama ini untuk para hamba-Nya, serta telah mencukupkan nikmat-Nya untuk
mereka. Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan
risalahnya dengan sempurna. Tidak ada satu pun jalan yang membawa umat ke
surga, dan menjauhkan mereka dari api neraka, kecuali Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah terangkan kepada mereka.
Di dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin “Amr,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidaklah
Allah mengutus seorang nabi, melainkan diwajibkan atasnya agar menunjukkan
umatnya kepada semua kebaikan yang diketahuinya untuk mereka, dan mengingatkan
mereka (agar menghindari) semua keburukan yang diketahuinya bagi mereka.(HR.
Muslim)
Telah dimaklumi, bahwa Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah nabi terakhir dan yang paling mulia, serta nabi yang paling
sempurna nasehat dan risalahnya. Jikalau peringatan maulid ini termasuk ajaran
ajaran agama yang di ridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti menyampaikannya kepada umat, atau
melakukannya semasa hidupnya, atau dilakukan oleh para sahabat. Namun, tidak
ada satupun hal tersebut yang terjadi. Ini berarti, peringatan maulid itu tidak
termasuk sedikitpun dalam ajaran Islam, dan merupakan hal yang diada-adakan,
yang mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umat agar
menghindarinya, sebagaimana telah disebutkan pada dua hadits yang lalu, dan
hadits-hadits lain yang semakna dengan itu, seperti sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbah Jumat:
Selajutnya;
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sejelek-jelek perkara
adalah hal-hal yang diada-adakan di dalam agama (bid’ah), setiap bid’ah itu
adalah sesat.(HR.Muslim)
Sejumlah ulama secara tegas mengingkari dan melarang
peringatan maulid, berdasarkan kepada dalil-dalil di atas dan dalil-dalil
lainnya.
Sebagian ulama dari kalangan mutaakhirin membolehkannya
selama tidak mengandung hal-hal yang munkar, seperti berlebihan dalam
pujian-pujian kepada Rasulullah, campur baur antara laki-laki dan wanita,
menggunakan alat-alat musik dan hal-hal lain yang tidak dibolehkan oleh syara’.
Mereka menganggap hal itu merupakan bid’ah hasanah.
Padahal dalam kaidah syar’iah dikatakan, bahwa segala sesuatu
yang diperselisihkan manusia, wajib dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah,
Allah berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya) dan ulil
amri diantara kamu, kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. An Nisa: 59)
Tentang
apapun yang kamu perselisihkan, maka hukumnya (terserah) kepada Allah. (QS. Asy
Syuura: 10)
Dan kita telah kembalikan masalah peringatan maulid ini
kepada Al Quran, dan kita dapatkan di dalamnya, bahwa Allah memerintahkan kita
semua untuk mengikuti seluruh yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan mengingatkan kita agar menjauhi semua yang dilarangnya. Al Quran
juga memberitakan kepada kita bahwa Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama
untuk umat ini, sedangkan peringatan maulid tidak termasuk dalam apa yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam. Ini berarti ia tidak
termasuk ajaran agama yang telah disempurnakan Allah bagi kita, dan Allah telah
memerintahkan kita semua untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Kita juga telah kembalikan permasalah ini kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian kita tidak mendapatkan bahwa Beliau
pernah melakukan atau memerintahkannya. Begitu pula para sahabat, mereka juga
tidak pernah mengamalkannya. Dengan demikian, kita ketahui, bahwa ia tidaklah
termasuk ajaran agama kita, tetapi hal itu merupakan bid’ah yang diada-adakan,
dan mencontoh kaum Yahudi dan Nasrani dalam perayaan-perayaan mereka.
Maka jelaslah bagi siapa saja yang menginginkann yang hak,
bahwa perayaan maulid bukanlah bagian dari ajaran Islam, tetapi ia adalah
bid’ah yang dibuat-buat, yang mana Allah dan rasul-nya telah memerintahkan kita
untuk meninggalkan dan menghindarinya.
Tidaklah patut bagi seseorang yang berakal, tergiur dengan
banyaknya orang yang melakukan hal tersebut diberbagai belahan dunia.
Sesungguhnya ukuran kebenaran itu, bukanlah pada banyaknya jumlah orang yang
melakukannya. Tetapi, ukurannya adalah dalil-dalil syara’, sebagaimana Allah
berfirman tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani:
Dan
mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata:” Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani, demikian itu hanya
angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:”Tunjukkanlah bukti kebenaran
jika kamu adalah orang-orang yang benar.(QS. Al Baqarah; 111)
Allah berfirman:
Dan jika
kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.(QS. Al An’am: 116)
Disamping perayaan maulid tersebut adalah bid’ah, biasanya
ketika acara berlangsung banyak mengandung kemunkaran lain seperti campur baur
laki-laki dan wanita, nyanyian dan alat musik dan lain sebagainya. Bahkan
terjadi juga hal yang lebih parah dari itu semua, yaitu syirik akbar, dengan
menunjukkan sikap yang berlebihan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam atau selainnya seperti para wali, serta berdo’a, memohon pertolongan dan
bantuan kepadanya, dan meyakini bahwa dia mengetahui yang ghaib, dan berbagai
bentuk kekufuran lainnya yang di contoh oleh kebanyakan orang yang menghadiri
perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dari orang-orang
yang mereka sebut sebagai wali-wali.
Didalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Hindarilah
oleh kamu sekalian bersikap ghuluw (berlebihan) dalam agama. Sesungguhnya sikap
ghuluw dalam agama itulah yang telah menyebabkan hancurnya orang-orang yang
sebelum kamu.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah
kamu sekalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani
berlebihan dalam memuji (Isa) putra Maryam. Hanyasanya aku adalah seorang
hamba, maka ucapkanlah:”Hamba Allah dan Rasul-Nya”.(HR. Bukhari dari Umar r.a)
Merupakan suatu hal yang aneh dan mengherankan, bahwa banyak
diantara manusia yang rajin dan bersemangat dalam menghadiri perayaan-perayaan
bid’ah tersebut. Bahkan mereka membela dan mempertahankannya, tapi disisi lain
mereka meninggalkan hal-hal yang secara jelas diwajibkan Allah kepada mereka,
seperti menghadiri shalat Jumat dan shalat berjama’ah. Mereka tidak
mengindahkannya dan tidak menganggap bahwa mereka dengan demikian telah berbuat
kemunkaran yang besar. Ini jelas sekali, disebabkan oleh kelemahan iman serta
minimnya pemahaman dan pengetahuan terhadap agama, disamping hati yang kotor
yang telah dibalut oleh berbagai macam jenis dosa dan maksiat. Hanya kepada
Allah kita memohon keselamatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin di dunia
dan akhirat.
Diantara hal yang aneh juga, bahwa sebagian dari mereka
meyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir bersama mereka
dalam acara maulid tersebut. Oleh karena itu, mereka secara bersama berdiri
untuk menyambut dan memberi penghormatan kepada Beliau. Ini merupakan
kebathilan dan kebodohan yang nyata, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak akan keluar dari kuburnya sebelum hari kiamat, dan selama itu
Beliau tidak akan berhubungan dengan siapapun dan tidak akan hadir dalam
pertemuan-pertemuan mereka. Akan tetapi, Beliau akan tetap tinggal di kuburnya
sampai hari kiamat, sedangkan ruh Beliau berada ditempat tertinggi disisi Allah
ditempat yang mulia. Allah berfirman:
Kemudian
kamu sekalian setelah itu benar-benar akan mati, kemudian sesungguhnya kamu
sekalian pada hari kiamat akan dibangkitkan (dari kuburmu).(QS.Al Mukminun:
15-16)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Aku adalah
orang pertama yang akan dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat, dan aku
adalah orang pertama yang memberi syafa’at dan yang diizinkan memberi syafa’at.
Ayat dan hadits diatas, begitu pula ayat-ayat dan
hadits-hadits lain yang semakna dengannya, menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang meninggal dunia lainnya akan
dibangkitkan dari kubur-kubur mereka pada hari kiamat. Ini telah merupakan
ijma’ (kesepakan) para ulama. Maka setiap muslim harus hati-hati dalam hal ini,
jangan sampai terjerumus kepada bid’ah-bid’ah dan khurafat yang sengaja
diada-adakan oleh orang-orang jahil dan yang sejenis dengan mereka. Hanya Allah
tempat kita memohon pertolongan, hanya kepada-Nya kita berserah diri dan tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan izin-Nya.
Adapun mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk ibadah dan amal shaleh yang
paling afdhal (utama), sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.(QS. Al
Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa
yang bershalawat kepadaku dengan satu shalawat, maka Allah akan bershalawat
(memberi rahmat) kepadanya dengan sepuluh kali lipat.
Shalawat tersebut disyari’atkan disetiap waktu, terutama
dipenghujung shalat. Bahkan menurut sejumlah ulama, hukumnya adalah wajib pada
tasyahhud akhir dalam setiap shalat, dan sunat muakkad pada beberapa waktu,
diantaranya adalah setelah azan, ketika disebut nama Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, pada hari Jumat dan malamnya sebagaimana yang tertera dalam banyak
hadits shahih.
Semoga Allah memberi taufik kepada kita dan seluruh kaum
muslimin untuk memahami dan mendalami Islam, serta konsisten dengannya, dan
menganugerahkan kepada kita semua kekuatan untuk tetap berpegang teguh kepada Sunnah dan
menjauhi bid’ah. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Mulia.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi kita
Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar