Tauhid ini (tauhid Uluhiyah) adalah hak Allah yang wajib
ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya. Ia adalah perintah agama terbesar dan landasan
utama bagi semua amal. Sesungguhnya Al-Qur’an telah menetapkannya dan
menjelaskan bahwa tidak ada keselamatan dan kebahagian kecuali dengan
(merealisasikan)nya.
Demikian ditekankan oleh sekumpulan ulama dalam buku “Benteng
Tauhid” yang diterbitkan oleh Dar Alqassem, Saudi Arabia. Tulisan tersebut
terdapat dalam sub judul “Macam-Macam Tauhid”.
Macam-macam tauhid tersebut terdiri dari tauhid rububiyah,
tauhid uluhiyah dan tauhid Asma’ (Nama-Nama) dan Sifat-Sifat. Penjelasan
tentang ketiga macam tauhid itu selengkapnya ialah:
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu meyakini bahwa Allah Yang Menciptakan hamba-Nya, Yang
memberi rezki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan mereka. Dengan kata lain,
tauhid rububiyah ialah mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya seperti
mencipta, memberi rezki, menghidupkan dan mematikan.
Orang-orang musyrik dizaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, orang yahudi, nashrani dan majusi semuanya mempercayai jenis tauhid
ini. Tidak ada yang mengingkarinya selain orang-orang Dahriyin (yang
mempertuhankan masa) di zaman dahulu dan orang-orang komunis dizaman sekarang.
Tauhid jenis ini belum cukup menjadikan seseorang sebagai
pemeluk agama Islam, dan juga belum cukup untuk menjamin (kehormatan) darah dan
hartanya. Dia juga belum cukup untuk menyelamatkannya diakhirat dari api neraka
sebelum ia menyertakannya dengan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah sejak awal
sudah tertanam dalam fitrah (manusia) sebagaimana tersebut dalam hadits
berikut:
Setiap bayi itu
dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Maka kedua orang tuanyalah yang
membentuk mereka menjadi yahudi, nashrani atau majusi.
Dalil tentang tauhid ini banyak sekali, antara lain firman
Allah Ta’ala:
Katakanlah:”Siapakah
yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan
siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab”Allah”. Maka
katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)? Maka (Zat yang demikian)
itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu,
melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS.
Yunus: 31-32)
2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Yaitu megesakan Allah
dalam amalan (ibadah) hamba-Nya, seperti berdo’a, bernadzar, berkorban,
berharap, takut, tawakkal, merasa cemas dan bertaubat.
Tauhid inilah yang selalu menjadi sumber pertentangan
(manusia) dari dulu sampai sekarang. Dan tauhid inilah pula yang menjadi inti
daripada dakwah dan seruan para rasul kepada umat-umat mereka, untuk
mengokohkan tauhid rububiyah yang memang telah mereka yakini sebelumnya. Allah
berfirman menceritakan kisah Nuh Alaihissalam:
Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata):” Sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah.
Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat
menyedihkan. (QS. Huud 25-26)
Dan firman-Nya;
Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.(QS. An Nisaa 36)
Tauhid ini adalah hak Allah yang wajib ditunaikan oleh
hamba-hamba-Nya. Ia adalah perintah agama terbesar dan landasan utama bagi
semua amal. Sesungguhnya Al-Qur’an telah menetapkannya dan menjelaskan bahwa
tidak ada keselamatan dan kebahagian kecuali dengan (merealisasikan)nya.
3. Tauhid Asma’ (Nama-Nama) dan Sifat-Sifat.
Yaitu mengesakan Allah dengan nama dan sifat yang telah Dia
sebutkan bagi diri-Nya didalam Al-Qur’an, atau yang disebutkan-Nya melalui
lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa merubah (tahriif) menolak
(ta’thiil), membayangkan ( takyiif) dan tidak pula menyamakannya dengan makhluk
(tamtsil).
(Sumber: Benteng Tauhid oleh sekumpulan ulama,
Syekh Abdul Rahman As Sa’dy, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, Syekh Muhammad Shaleh
Al Utsaimin, Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Al Jabrin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar