Sebagai seorang muslim yang mendiami suatu wilayah, sudah
tentu berada dibawah kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang. Kita perlu
menempatkan diri pada posisi yang tepat dan berperilaku sesuai tuntunan
Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketegasan
sikap dan berperilaku itu membuat kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih
baik lagi didunia untuk kepentingan akhirat.
Hai orang-orang yang
beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul, dan ulil amri diantara
kamu. Apabila kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal
itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya. (QS. An-Nisa’ 4: 59)
Di dalam Ringkasan tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa
berkaitan dengan firman Allah, “Hai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul, dan ulil
amri diantara kamu,” al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“ Ayat ini diturunkan sehubungan dengan Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi
tatkala ia diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu
pasukan”. Demikian pula menurut riwayat Jamaah, kecuali Ibnu Majah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali, dia berkata,” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus suatu pasukan yang dipimpin oleh seorang
Anshar. Setelah mereka berangkat, si pemimpin mendapat masalah untuk mengatasi
mereka”. Ali berkata, “ Maka si pemimpin berkata kepada mereka, bukankah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyuruh kalin agar menaati
aku?” Mereka mengiyakannya. Si pemimpin berkata, “ Ambilkan aku kayu bakar”.
Kemudian si pemimpin meminta api dan menyalakan kayu bakar, lalu berkata,” Aku
menginstruksikan kepada kalian agar masuk kedalam api itu”. Ali berkata.” Ada
seorang pemuda berkata kepada yang lain, “ Sungguh, kamu berlari dari api itu
dan menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Janganlah kamu
tergesa-gesa memutuskan sebelum kamu bertemu dengan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Jika beliau menyuruhmu untuk memasuki api, maka masukilah”.
Ali berkata,” Maka mereka pun kembali kepada Rasulullah seraya memberitahukan
kejadian itu kepada beliau. Maka beliau bersabda.” Apabila kalian memasukinya, niscaya kalian tidak akan pernah dapat
keluar lagi untuk selamanya. Sesungguhnya ketaatan itu hanya menyangkut
kema’rufan”. Hadits itu dikemukakan
dalam sahihain dari hadits al-A’masy. Abu Daud meriwayatkannya dari Abdullah
bin Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berssabda:
Seorang muslim wajib
mendengar dan taat kepada penguasa terhadap segala sesuatu yang dia sukai
maupun tidak dia sukai selama tidak diperintah untuk bermaksiat. Jika
diperintah untuk bermaksiat, maka tiada lagi medengar dan taat. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Dengarlah dan taatlah
kepada penguasa meskipun kamu diperintah oleh budak Habsyi yang rambutnya
bagaikan kismis. (HR. Bukhari)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Kamu akan dipimpin oleh
beberapa pemimpin sepeninggalku. Kamu akan dipimpin oleh orang bajik dengan
kebajikannya dan oleh orang bejat dengan kebejatannya. Dengar dan taatlah
segala perkara yang sesuai dengan kebenaran. Shalatlah dibelakang mereka. Jika
mereka baik, maka kebaikannya bagimu dan bagi mereka, jika mereka buruk, maka
kebaikannya untuk kamu dan keburukannya bagi mereka.
Ibnu Abbas r.a berkata, “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda; ‘Barangsiapa melihat
pada pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, jangan ia melawan. Karena tidak
ada seorang pun yang memisahkan diri dari jamaah walaupun hanya sejengkal,
kemudian dia mati karena melawan, maka matinya itu tiada lain secara jahiliah’.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Firman Allah, “ Dan
kepada ulil amri diantara kamu”. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan ulil amri ialah para pemimpin dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka
adalah para ulama. Yang jelas, dan Allah lebih mengetahui, ayat itu mencakup
setiap ulil amri, baik dari kalangan ulama maupun umara. Dalam hadits sahih
disepakati kesahihannya yang diterima dari Abu Hurairah, dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda:
Barangsiapa menaatiku,
maka dia menaati Allah. Barangsiapa mendurhakai ku, maka dia mendurhakai Allah.
Barangsiapa menaati amirku, berarti dia menaati aku. Barangsiapa yang
mendurhakai amirku, berarti dia mendurhakai aku.
Pernyataan ini merupakan perintah menaati ulama dan umara.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman. “Taatlah
kepada Allah”, yakni ikuti kitab-kitab-Nya, “dan taatlah kepada Rasul”, yakni pegang teguhlah Sunnahnya, “dan kepada ulil amri diantara kamu”, yakni
terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada
Allah bukan ketaatan terhadap kemaksiatan terhadap-Nya, sebab tiada ketaatan
bagi makhluk yang merupakan kemaksiatan kepada Khalik, sebagaimana telah
dikemukakan dalam hadits tadi, karena ketaatan itu hanyalah pada perkara
kema’rufan. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar