Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Februari 02, 2014

Makna Taat Kepada Allah, Taat Kepada Rasul Dan Pemimpin


Sebagai seorang muslim yang mendiami suatu wilayah, sudah tentu berada dibawah kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang. Kita perlu menempatkan diri pada posisi yang tepat dan berperilaku sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketegasan sikap dan berperilaku itu membuat kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi didunia untuk kepentingan akhirat.
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul, dan ulil amri diantara kamu. Apabila kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya. (QS. An-Nisa’ 4: 59)
Di dalam Ringkasan tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa berkaitan dengan firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul, dan ulil amri diantara kamu,” al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ Ayat ini diturunkan sehubungan dengan Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi tatkala ia diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu pasukan”. Demikian pula menurut riwayat Jamaah, kecuali Ibnu Majah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali, dia berkata,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus suatu pasukan yang dipimpin oleh seorang Anshar. Setelah mereka berangkat, si pemimpin mendapat masalah untuk mengatasi mereka”. Ali berkata, “ Maka si pemimpin berkata kepada mereka, bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyuruh kalin agar menaati aku?” Mereka mengiyakannya. Si pemimpin berkata, “ Ambilkan aku kayu bakar”. Kemudian si pemimpin meminta api dan menyalakan kayu bakar, lalu berkata,” Aku menginstruksikan kepada kalian agar masuk kedalam api itu”. Ali berkata.” Ada seorang pemuda berkata kepada yang lain, “ Sungguh, kamu berlari dari api itu dan menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Janganlah kamu tergesa-gesa memutuskan sebelum kamu bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika beliau menyuruhmu untuk memasuki api, maka masukilah”. Ali berkata,” Maka mereka pun kembali kepada Rasulullah seraya memberitahukan kejadian itu kepada beliau. Maka beliau bersabda.” Apabila kalian memasukinya, niscaya kalian tidak akan pernah dapat keluar lagi untuk selamanya. Sesungguhnya ketaatan itu hanya menyangkut kema’rufan”.  Hadits itu dikemukakan dalam sahihain dari hadits al-A’masy. Abu Daud meriwayatkannya dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berssabda:
Seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada penguasa terhadap segala sesuatu yang dia sukai maupun tidak dia sukai selama tidak diperintah untuk bermaksiat. Jika diperintah untuk bermaksiat, maka tiada lagi medengar dan taat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Dengarlah dan taatlah kepada penguasa meskipun kamu diperintah oleh budak Habsyi yang rambutnya bagaikan kismis. (HR. Bukhari)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Kamu akan dipimpin oleh beberapa pemimpin sepeninggalku. Kamu akan dipimpin oleh orang bajik dengan kebajikannya dan oleh orang bejat dengan kebejatannya. Dengar dan taatlah segala perkara yang sesuai dengan kebenaran. Shalatlah dibelakang mereka. Jika mereka baik, maka kebaikannya bagimu dan bagi mereka, jika mereka buruk, maka kebaikannya untuk kamu dan keburukannya bagi mereka.
Ibnu Abbas r.a berkata, “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ‘Barangsiapa melihat pada pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, jangan ia melawan. Karena tidak ada seorang pun yang memisahkan diri dari jamaah walaupun hanya sejengkal, kemudian dia mati karena melawan, maka matinya itu tiada lain secara jahiliah’. (HR. Bukhari dan Muslim)
Firman Allah, “ Dan kepada ulil amri diantara kamu”. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulil amri ialah para pemimpin dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah para ulama. Yang jelas, dan Allah lebih mengetahui, ayat itu mencakup setiap ulil amri, baik dari kalangan ulama maupun umara. Dalam hadits sahih disepakati kesahihannya yang diterima dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bahwa beliau bersabda:
Barangsiapa menaatiku, maka dia menaati Allah. Barangsiapa mendurhakai ku, maka dia mendurhakai Allah. Barangsiapa menaati amirku, berarti dia menaati aku. Barangsiapa yang mendurhakai amirku, berarti dia mendurhakai aku.
Pernyataan ini merupakan perintah menaati ulama dan umara. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman. “Taatlah kepada Allah”, yakni ikuti kitab-kitab-Nya, “dan taatlah kepada Rasul”, yakni pegang teguhlah Sunnahnya, “dan kepada ulil amri diantara kamu”, yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan ketaatan terhadap kemaksiatan terhadap-Nya, sebab tiada ketaatan bagi makhluk yang merupakan kemaksiatan kepada Khalik, sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits tadi, karena ketaatan itu hanyalah pada perkara kema’rufan. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Januari 2014

Tidak ada komentar: