Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr:” Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ada seorang wanita mencuri. Maka wanita itu dibawa oleh orang-orang yang
dicuri barangnya. Mereka berkata,’Wahai Rasulullah, wanita ini telah mencuri
barang kami.’ Kaum wanita itu berkata,’ Ya Rasulullah, kami akan menebusnya’.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.’ Potonglah tangannya’.
Kaum wanita itu berkata,’ Kami akan menebusnya dengan 500 dinar”. Nabi
bersabda,’ Potonglah tangannya’. Maka dipotonglah tangan kanannya. Wanita itu
berkata,’ Ya Rasulullah, apakah saya telah memperoleh pengampunan atas dosa
saya? Beliau menjawab,’ Ya. Hari ini engkau bebas dari dosamu seperti tatkala
kamu dilahirkan oleh ibu mu’. Maka, Allah menurunkan ayat dalam surah
al-Maa’idah ayat 39:
Barangsiapa yang
bertobat setelah kezalimannya itu dan berbuat islah, maka sesungguhnya Allah
akan menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.
Al-Maa’idah 39)
Sepenggal pengajaran dari Rasulullah Shallallau ‘alaihi wa
sallam yang ditulis dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini, memperlihatkan
sikap tegas belau dalam menegakkan aturan. Memotong tangan wanita, dapat saja
dianggap sebuah kekejaman jika hal ini dipahami dengan akal pikiran semata dan
untuk kepentingan dunia sepihak.
Namun, dengan keimanan yang kuat, pengajaran tersebut sangat
berharga dan bermanfaat. Tidak hanya didunia tetapi juga di akhirat. Lihatlah,
dengan dipotong tangannya, wanita tersebut bebas dari dosanya seperti tatkala
dilahirkan. Alangkah besarnya anugerah ini. Terbebas dari dosa, merupakan
peluang besar untuk memperoleh kehidupan yang baik dan nyaman di akhirat.
Sebuah kehidupan yang sangat panjang jika dibandingkan dengan kehidupan
didunia.
Pekanbaru, Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar