Janganlah orang-orang
mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya
kepada Allah kembali (mu). ( QS. Ali Imran 3: 28)
Wali jamaknya auliya, berarti teman yang akrab, juga berarti
pemimpin, pelindung atau penolong. ( Al Qur’an dan terjemahnya, wakaf dari
Pelayan dua Tanah Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud)
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, Allah Yang Mahasuci
lagi Mahatinggi melarang kaum mukmin menjadikan kaum kafir sebagai wali dengan
suka cita, sementara kaum mukmin sendiri diabaikan. Kemudian Allah mengancam
perbuatan demikian melalui firman-Nya:” Barangsiapa yang melakukan hal itu,
maka tidak ada sedikitpun pertolongan Allah untuknya”, yakni dia benar-benar
terbebas dari kaitan dengan Allah, sebagaimana Dia berfirman:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah untuk
menyiksamu,” (an-Nisa’ 144).
Firman Allah:” Kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka”, yakni
kecuali orang yang berada pada suatu daerah dalam suatu waktu, sedang dia
merasa takut terhadap kejahatan kaum kafir, maka dia boleh berlindung kepada
mereka melalui sikap lahir, namun tidak boleh dengan sikap batin dan niat.
Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Darda’, dia berkata:”
Sesungguhnya kami memasang wajah cerah kepada kaum kafir, padahal hati kami
mengutuk mereka.” Tsauri meriwayatkan dari Ibnu Abbas:” Perlindungan itu bukan
dengan tindakan, namun dengan lisan”. Riwayat ini didukung oleh firman Allah:” Barangsiapa yang kafir kepada Allah setelah
dia beriman (maka dia akan mendapat kemurkaan dari Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).
Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan
Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”(an-Nahl 106). Al-Bukhari
meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata,” Perlindungan itu hingga hari kiamat”.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman:” Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri
(siksa) Nya”, maksudnya Dia menakut-nakuti kamu dengan azab-Nya karena
menyalahi-Nya serta menakut-nakuti dengan kekuasaan dan azab-Nya kepada orang
yang berwali kepada musuh-musuh-Nya dan memusuhi pada wali-Nya. Kemudian Allah
Ta’ala berfirman:”Dan hanya kepada
Allah-lah tempat kembali”, yakni kepada-Nya lah tempat kembali dan
berpulang agar setiap pelaku dibalas selaras dengan amalnya. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkan dari Maimun bin Mahram, dia berkata,” Mu’adz berdiri
ditengah-tengah kami, lalu dia berkata:’ Wahai anakku, sesungguhnya aku
merupakan utusan Rasulullah yang memberitahukan kepadamu bahwa kita akan
kembali kepada-Nya; ke surga atau ke neraka-Nya”. (Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar