Dua sendi dari amal yang makbul, yaitu amal tersebut harus
ikhlas karena Allah dan harus benar sesuai dengan syariat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian ditegaskan didalam Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat 110 Surat Al-Kahfi.
Katakanlah:”Sesungguhnya, aku ini hanyalah
seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku,’ Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa’. Barangsiapa yang mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan
janganlah dia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. 18
Al-Kahfi: 110)
Thabrani meriwayatkan dari Amr bin Qais al-Kufi bahwa
sesungguhnya dia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan berkata,”Inilah ayat
terakhir surat al-Kahfi”.
Allah Ta’ala berfirman kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,”Katakanlah” kepada kaum
musyrik yang mendustakan kerasulanmu,”
sesungguhnya, aku ini hanya seorang manusia seperti kamu.” Barangsiapa yang
menyangka aku pendusta, maka tampilkanlah perkara seperti yang aku bawa.
Sesungguhnya, aku tidak mengetahui perkara gaib yang akan aku ceritakan
kepadamu berkenaan dengan masa lalu, yaitu kisah Ash-habul Kahfi dan cerita
Zulkarnain seperti yang kamu tanyakan, seandainya Allah tidak memberitahukan
kepadaku. Jadi, aku hanya dapat mengabarkan kepadamu,” Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa”, tiada
sekutu bagi-Nya.” Barangsiapa yang
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya”, yaitu dengan pahala dan balasan yang
baik,”hendaklah ia mengerjakan amal
saleh”, yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah,”dan janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya”, yaitu amal yang ditujukan bagi zat Allah Yang Esa yang tiada
sekutu bagi-Nya. Inilah dua sendi dari amal yang makbul, yaitu amal tersebut
harus ikhlas karena Allah dan harus benar sesuai dengan syariat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman:
Aku adalah sebaik-baik
serikat. Barangsiapa yang melakukan suatu amal, sedang dia menyekutukan Aku
dengan yang lain dalam melakukannya, maka Aku berlepas diri darinya. Amal itu
bagi orang yang disekutukannya.(HR. Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Mahmud bin Lubaid bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Perkara yang paling aku
takutkan menimpa kalian ialah syirik kecil. Para sahabat bertanya,’ Ya Rasulullah, apakah syirik
kecil itu? Beliau bersabda:”Riya. Pada
hari kiamat, tatkala manusia dibalas sesuai dengan amalnya, Allah berfirman:”
Pergilan kalian kepada orang-orang yang dahulu ketika didunia kamu beramal
karena ingin dilihat oleh mereka. Lihatlah, apakah kamu memperoleh balasan dari
mereka?”. (HR. Ahmad)
Abu Ya’la meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a dia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang
membaguskan shalat karena dilihat manusia dan memburukkannya karena tidak
adanya mereka, maka shalat itu merupakan penghinaan. Dia meremehkan Tuhannya
dengan shalat itu”. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar