Salah satu surat di dalam Al-Qur’an yang paling sering dibaca
adalah al-Fatihah. Surat ini merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Agar tidak
terjebak kepada sekedar rutinitas, ada baiknya kita memahami keutamaan
al-Fatihah tersebut.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i
menjelaskan, Imam Ahmad bin Hambal r.a meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia
berkata,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Ubai bin Ka’ab,
namun dia sedang shalat. Rasul berkata:” Hai Ubai”. Maka Ubai melirik, namun
tidak menyahut. Nabi berkata:” Hai Ubai”. Lalu Ubai mempercepat shalatnya,
kemudian beranjak menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil
berkata:” Assalamu’alaika ya Rasulullah””. Rasul menjawab:” Wa ‘alaikassalam.
Hai Ubai, mengapa kamu tidak menjawab ketika ku panggil? Ubai menjawab:” Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat “.
Nabi bersabda:” Apakah kamu tidak
menemukan dalam ayat yang diwahyukan Allah Ta’ala kepadaku yang menyatakan,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu”.(al-Anfal 24) Ubai menjawab:” Ya
Rasulullah, saya menemukan dan saya tidak akan mengulangi hal itu”. Rasul
bersabda:” Sukakah kamu bila kuajari sebuah surat yang tidak diturunkan surat
lain yang serupa dengannya didalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan? Ubai
menjawab:” Saya suka wahai Rasulullah”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:”Sesungguhnya aku tidak mau keluar dari pintu ini sebelum aku
mengajarkannya”. Ubai berkata:” Kemudian Rasulullah memegang tanganku sambil
bercerita kepadaku. Saya memperlambat jalan karena khawatir beliau akan sampai
di pintu sebelum menuntaskan pembicaraannya. Ketika kami sudah mendekati pintu,
aku berkata:” Ya Rasulullah, surat apakah yang engkau janjikan itu? Beliau
bertanya:” Apa yang kamu baca dalam shalat? Ubai berkata:” Maka aku membacakan
Ummul-Qur’an kepada beliau”. Beliau bersabda:” Demi yang jiwaku dalam
genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu baik dalam
Taurat, Injil, Zabur maupun al-Furqan. Ini merupakan tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang”.
At-Tirmidzi meriwayatkan pula hadits tersebut. Menurut
riwayat:
Sesungguhnya Fatihah
itu sebagai tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan sebagai Al-Qur’an yang mulia
yang diberikan kepadaku.(HR. Tirmidzi)
Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan sahih.
Kita dapati hadits lain tentang keutamaan surat al-Fatihah.
Muslim meriwayatkan dalam sahihnya dan Nasa’i meriwayatkan dalam sunannya
dengan sanad dari Ibnu Abbas, dia berkata:” Suatu ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam (sedang duduk) dan disisinya ada Jibril. Tiba-tiba Jibril
mendengar suara dari atas. Maka dia mengarahkan pandangannya ke langit, lalu
berkata,’ Inilah pintu langit dibukakan, padahal sebelumnya tidak pernah’. Ibnu
Abbas berkata:” Dari pintu turun malaikat. Dia menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam seraya berkata,’ Gembirakanlah (umatmu) dengan dua cahaya. Sungguh
keduanya diberikan kepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun
sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan beberapa ayat terakhir Al-Baqarah.
Tidaklah anda membaca satu hurufpun darinya melainkan anda akan diberi
(pahalanya)”. Lafazh hadits ini dari an-Nasa’i. Dari Muslim pun lafazhnya sama.
Juga didukung oleh hadits lain. Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:” Barang siapa yang mendirikan shalat tanpa
membaca Ummul Qur’an maka shalatnya tidak sempurna”. Beliau mengatakan hal
itu tiga kali. Kemudian kata Abu Hurairah:” Kami tengah shalat di belakang
imam. Kami katakan kepada yang lain, bacalah al-Fatihah dalam hatimu karena
sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”
Allah Ta’ala berfirman, shalat dibagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Bagi
hamba-Ku ialah apa yang dia pinta. Bila seorang hamba mengatakan, segala puji
bagi Allah Rabb semesta alam, maka Allah berfirman, hamba-Ku memuji-Ku. Bila
hamba mengatakan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, maka Allah
berfirman,” Hamba-ku menyanjung-Ku’. Apabila dia berkata, Yang Menguasai hari
pembalasan, maka Allah berfirman,’ Hamba-Ku memuliakan-Ku’. Atau kali lain Dia
berfirman,’ Hamba-Ku berserah diri kepada-Ku’. Apabila dia berkata, hanya
kepada Engkau lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau lah kami memohon
pertolongan, maka Allah berfirman,’ Bacaan itu menyangkut Aku dan hamba-Ku.
Bagi hamba-Ku adalah apa yang dia minta’. Apabila dia berkata, tunjukkanlah
kami kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat, maka Allah berfirman,’ Pahala ayat ini untuk hamba-Ku dan
bagi hamba-Ku pula apa yang dia minta.” Demikian pula hadits yang diriwayatkan
oleh Nasa’i. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar