Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Juli 17, 2014

Keutamaan Surat Al Fatihah



Salah satu surat di dalam Al-Qur’an yang paling sering dibaca adalah al-Fatihah. Surat ini merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Agar tidak terjebak kepada sekedar rutinitas, ada baiknya kita memahami keutamaan al-Fatihah tersebut.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i menjelaskan, Imam Ahmad bin Hambal r.a meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Ubai bin Ka’ab, namun dia sedang shalat. Rasul berkata:” Hai Ubai”. Maka Ubai melirik, namun tidak menyahut. Nabi berkata:” Hai Ubai”. Lalu Ubai mempercepat shalatnya, kemudian beranjak menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata:” Assalamu’alaika ya Rasulullah””. Rasul menjawab:” Wa ‘alaikassalam. Hai Ubai, mengapa kamu tidak menjawab ketika ku panggil? Ubai menjawab:” Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat “.
Nabi bersabda:” Apakah kamu tidak menemukan dalam ayat yang diwahyukan Allah Ta’ala kepadaku yang menyatakan, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu”.(al-Anfal 24) Ubai menjawab:” Ya Rasulullah, saya menemukan dan saya tidak akan mengulangi hal itu”. Rasul bersabda:” Sukakah kamu bila kuajari sebuah surat yang tidak diturunkan surat lain yang serupa dengannya didalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan? Ubai menjawab:” Saya suka wahai Rasulullah”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Sesungguhnya aku tidak mau keluar dari pintu ini sebelum aku mengajarkannya”. Ubai berkata:” Kemudian Rasulullah memegang tanganku sambil bercerita kepadaku. Saya memperlambat jalan karena khawatir beliau akan sampai di pintu sebelum menuntaskan pembicaraannya. Ketika kami sudah mendekati pintu, aku berkata:” Ya Rasulullah, surat apakah yang engkau janjikan itu? Beliau bertanya:” Apa yang kamu baca dalam shalat? Ubai berkata:” Maka aku membacakan Ummul-Qur’an kepada beliau”. Beliau bersabda:” Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu baik dalam Taurat, Injil, Zabur maupun al-Furqan. Ini merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang”.
At-Tirmidzi meriwayatkan pula hadits tersebut. Menurut riwayat:
Sesungguhnya Fatihah itu sebagai tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan sebagai Al-Qur’an yang mulia yang diberikan kepadaku.(HR. Tirmidzi)
Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan sahih.
Kita dapati hadits lain tentang keutamaan surat al-Fatihah. Muslim meriwayatkan dalam sahihnya dan Nasa’i meriwayatkan dalam sunannya dengan sanad dari Ibnu Abbas, dia berkata:” Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (sedang duduk) dan disisinya ada Jibril. Tiba-tiba Jibril mendengar suara dari atas. Maka dia mengarahkan pandangannya ke langit, lalu berkata,’ Inilah pintu langit dibukakan, padahal sebelumnya tidak pernah’. Ibnu Abbas berkata:” Dari pintu turun malaikat. Dia menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata,’ Gembirakanlah (umatmu) dengan dua cahaya. Sungguh keduanya diberikan kepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan beberapa ayat terakhir Al-Baqarah. Tidaklah anda membaca satu hurufpun darinya melainkan anda akan diberi (pahalanya)”. Lafazh hadits ini dari an-Nasa’i. Dari Muslim pun lafazhnya sama.
Juga didukung oleh hadits lain. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:” Barang siapa yang mendirikan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an maka shalatnya tidak sempurna”. Beliau mengatakan hal itu tiga kali. Kemudian kata Abu Hurairah:” Kami tengah shalat di belakang imam. Kami katakan kepada yang lain, bacalah al-Fatihah dalam hatimu karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah Ta’ala berfirman, shalat dibagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Bagi hamba-Ku ialah apa yang dia pinta. Bila seorang hamba mengatakan, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, maka Allah berfirman, hamba-Ku memuji-Ku. Bila hamba mengatakan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, maka Allah berfirman,” Hamba-ku menyanjung-Ku’. Apabila dia berkata, Yang Menguasai hari pembalasan, maka Allah berfirman,’ Hamba-Ku memuliakan-Ku’. Atau kali lain Dia berfirman,’ Hamba-Ku berserah diri kepada-Ku’. Apabila dia berkata, hanya kepada Engkau lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan, maka Allah berfirman,’ Bacaan itu menyangkut Aku dan hamba-Ku. Bagi hamba-Ku adalah apa yang dia minta’. Apabila dia berkata, tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat, maka Allah berfirman,’ Pahala ayat ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku pula apa yang dia minta.” Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Nasa’i. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Maret 2014

Tidak ada komentar: