Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Agustus 10, 2014

Larangan Menginginkan Apa Yang Ada Pada Orang Lain



Seseorang tidak boleh berangan-angan, misalnya dia mengatakan, andaikan aku memiliki harta dan keluarga seperti si Fulan.” Allah melarang berandai-andai seperti itu, namun mintalah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Demikian dijelaskan dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Selengkapnya penjelasan tersebut adalah:
Dan janganlah kamu menginginkan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu yang tidak diberikan kepada sebagian yang lain. Bagi kaum laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan; bagi kaum wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. (QS. An-Nisa’ 4: 32)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Mujahit, dia berkata bahwa Ummu Salamah berkata, “Ya Rasulullah, kaum laki-laki dapat berperang sedangkan kami tidak, dan kami pun hanya mendapat setengah bagian laki-laki dalam hal pusaka. Maka Allah menurunkan ayat,” Dan janganlah kamu menginginkan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu yang tidak diberikan kepada sebagian yang lain”. Hadits senada diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dan yang lainnya. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, Ibnu Mardawih dan al-Hakim dalam mustadrak  nya dari Mujahid, dia berkata bahwa Ummu Salamah berkata,” Ya Rasulullah, kami tidak dapat berperang sehingga kami pun tidak dapat mati sahid dan menghabiskan (‘ashabah) harta pusaka. Maka turunlah ayat tersebut. Kemudian Allah menurunkan ayat,” Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal seseorang diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan”.
Berkaitan dengan ayat tersebut, Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,” Seseorang tidak boleh berangan-angan, misalnya dia mengatakan, andaikan aku memiliki harta dan keluarga seperti si Fulan.” Allah melarang berandai-andai seperti itu, namun mintalah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Itulah penafsiran yang jelas terlihat dari ayat ini. Penafsiran tersebut tidak dapat dibatalkan dengan keterangan yang terdapat dalam sahih yang mengatakan,” Tiada kedengkian kecuali dalam dua hal. Seseorang yang diberi harta kekayaan oleh Allah dan dia menginfakkannya dengan benar hingga habis. Kemudian orang lain berkata,’ Andaikan aku memiliki apa yang dimiliki oleh si Fulan, niscaya akan ku lakukan jejak yang sama dengan dia. Maka keduanya sama-sama memperoleh ganjaran.” Angan-angan seperti ini merupakan suatu sikap yang tidak dilarang oleh ayat ini. Karena hadits itu menganjurkan untuk menginginkan nikmat yang seperti nikmat itu, sedang ayat tadi melarang seseorang mengangankan wujud nikmat itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman,” Dan janganlah kamu menginginkan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu yang tidak diberikan kepada sebagian yang lain”, yakni dalam persoalan-persoalan dunia dan agama.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,” Bagi kaum laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan; bagi kaum wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan”. Maksudnya, setiap individu memiliki balasan yang sesuai dengan amal yang dikerjakannya; jika amalnya itu baik, maka dibalas dengan kebaikan; jika amalnya buruk, maka dibalas dengan keburukan. Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Jarir. Ada yang berpendapat bahwa tujuan ayat itu berkenaan dengan harta pusaka, sehingga seperti maksud ayat; setiap orang mendapat pusaka yang sesuai dengan bagiannya. Demikian menurut Ibnu Abbas.
Kemudian Allah menunjukkan manusia kepada perkara yang bermaslahat bagi mereka. Dia berfirman,” Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya” dan janganlah kamu mengangankan apa yang dikaruniakan oleh Allah kepada sebagian kamu yang tidak diberikan kepada sebagian yang lain. Angan-angan itu tidak berguna sama sekali. Namun, memintalah kepada-Ku sebagian dari karunia-Ku, niscaya Aku akan memberimu sebab sesungguhnhya Aku Maha Dermawan dan Maha Pemberi. Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersbada:
Mohonlah kepada Allah dari karunia-Nya, sesungguhnya Allah senang diminta. Hamba Allah yang paling disukai Allah ialah yang suka mengatasi kesulitan.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu”. Artinya, Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat dunia, maka Dia memberinya; siapa yang berhak mendapat kemiskinan, maka Dia memiskinkannya; siapa yang berhak mendapat akhirat, maka Dia mentakdirkannya untuk melakukan amal-amal akhirat; dan siapa yang berhak mendapat ketelantaran, maka Dia menelantarkannya dengan meninggalkan kebaikan dan segala sarananya. Oleh karena itu, Allah berfirman,”Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu”. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Maret 2014

Tidak ada komentar: