Suatu hari, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
berkumpul dengan para sahabat, beliau bersabda:” Hampir-hampir bangsa-bangsa
memperebutkan kalian (Umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada
dimangkuk.” Seorang laki-laki berkata:” Apakah kami waktu itu berjumlah
sedikit? Beliau menjawab:” Bahkan jumlah
kalian pada waktu itu banyak, namun kalian seperti buih digenangan air. Sungguh
Allah akan mencabut rasa takut (musuh) kepada kalian, dan akan menanamkan dalam
hati kalian wahn”.
Seseorang lalu berkata:” Wahai
Rasulullah, apa itu wahn? Beliau menjawab:” Cinta dunia dan takut mati”.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud itu membuat heran para sahabat. Pasalnya, meski jumlah mereka
sedikit, saat itu mereka ditakuti musuh dan telah memiliki pengaruh yang besar.
Mereka telah menjadi pengendali, bukan dikendalikan. Bagaimana mungkin umat
yang sedemikian kuat dan mulianya ini kehilangan kewibawaan, bahkan dijadikan
mangsa, sementara jumlah mereka banyak?
Namun, apa yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam itu rasanya telah menjadi kenyataan sekarang ini. Coba renungkan,
negeri kita pernah dijajah selama 3,5 abad oleh Belanda. Begitu pula
negara-negara Muslim dibelahan bumi lainnya. Bahkan hingga kini masih banyak
negara Muslim yang secara politik dan militer dikuasai oleh mush-musuh Allah
SWT. Di kancah global, kekuatan kaum Muslim belum diperhitungkan. Padahal,
jumlahnya tidak sedikit; satu milyar orang, atau seperlima penduduk dunia.
Sebetulnya upaya kaum Muslim untuk bangkit dari keterpurukan
bukan tak ada. Hasilnya pun sudah terasa. Bukankah telah banyak negara Muslim
yang telah merdeka?. Namun, meski telah berdaulat, faktanya masih banyak negara
Muslim yang menggantungkan dirinya pada bangsa-bangsa kafir. Padahal mereka
dikaruniai sumber daya alam yang melimpah.
Ironis memang! Terlebih bila dikaitkan dengan misi utama umat
Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Mestinya umat Islam menjadi
pengendali peradaban, bukan objek yang dikendalikan.
(Sumber: Suara Hidayatullah, Edisi Maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar