Telinga dan mata adalah dua indra yang sangat penting bagi
manusia. Dengan adanya pendengaran dan penglihatan, banyak aktivitas dapat
dilakukan oleh seseorang. Sebaliknya, tanpa kedua indra itu, banyak aktivitas
tidak dapat dilakukan dengan baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menyadari
dengan kesadaran yang mendalam bahwa kedua indra itu merupakan rahmat Allah
Ta’ala. Sewaktu-waktu, bisa saja pendengaran dan penglihatan seseorang dicabut
oleh Allah.
Untuk semakin memperdalam keyakinan akan kekuasaan Allah
Ta’ala yang berhubungan dengan pendengaran dan penglihatan, coba cerna
penjelasan “Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” berikut ini:
Katakanlah:” Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut
pendengaran, penglihatan, serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah
yang berkuasa untuk mengembalikan kepadamu? Perhatikanlah, bagaimana Kami
menjelaskan ayat-ayat itu, kemudian mereka berpaling. (QS. Al-An’aam: 46)
Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, katakanlah kepada orang-orang yang mendustakan itu,”Katakanlah,’
Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan,”. Penggalan
ini mengungkapkan ihwal tidak dimanfaatkannya mata dan telinga. Oleh karena
itu, Allah berfirman,”Serta menutup hatimu”. Penggalan ini senada dengan
firman Allah :” Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah berada antara seseorang
dengan hatinya”. (al-Anfaal: 34)
Firman Allah :” Siapakah Tuhan selain Allah yang berkuasa
untuk mengembalikan kepadamu? Yaitu siapakah orang selain Allah yang dapat
mengembalikan kedua indra kepadamu, jika ia telah dicabut oleh Allah? Yaitu
tidak ada seorangpun selain Dia yang dapat melakukannya. Oleh karena itu, Allah
Ta’ala berfirman:” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat itu”,
yaitu menerangkannya. Penggalan itu menunjukkan bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan selain Allah dan segala perkara selain Dia adalah batil dan sesat. “Kemudian
mereka berpaling,” dari kebenaran dan menghalang-halangi manusia dari
kebenaran itu. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar