Tuntutlah Ilmu Sekalipun Ke negeri Cina
Menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albani, riwayat ini batil.
Ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan
II/106, al-Khatib dalam at-Tarikh IX/364 dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanad
dari al-Hasan bin Athiyah, dari Abu Atikah Tharif bin Salman, dari Anas bin
Malik r.a. Kemudian semuanya menambahkan lafazh fa inna thalabal ilmi
faridlatun ‘ala kulli muslimin. Ibnu Adi berkata:” Tambahan kata walaw
bish Shin kami tidak mengenalinya kecuali hanya datang dari al-Hasan bin
Athiyah”. Begitu pula pernyataan al-Khatib dalam kitab Tarikh seperti
dikutip Ibnul Muhib dalam al-Fawa’id.
Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah
disepakati muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha’if. Bahkan oleh
Imam Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin
Hambal ketika ditanya tentang Abu Atikah ini.
Ringkasnya, susunan dari hadits diatas adalah sangat dha’if
atau bahkan sampai pada derajat batil. Saya kira kebenaran ada pada ucapan Ibnu
Hibban dan Ibnul Jauzi yang berkata bahwa hadits diatas tidak ada sanadnya yang
baik atau bahkan dianggap baik sampai derajat dapat dikuatkan atau saling
menguatkan antara satu sanad dengan sanad yang lainnya.
Adapun bagian kedua (tambahannya), mungkin dapat dinaikkan
derajatnya kepada hadits hasan, seperti yang diutarakan oleh al-Mazi sebab
sanadnya banyak yang bersumber pada Anas r.a. Dalam hal ini dari hasil penyelidikan
yang saya lakukan, saya telah menemukan delapan sanad yang dapat diandalkan
yang kesemuanya bersumber kepada sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, diantaranya adalah Anas r.a, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Ali,
Abu Said, dan sebagainya. Hingga kinipun saya masih menelitinya hingga saya
benar-benar yakin dalam memvonis sahih, hasan, ataupun dha’ifnya sanad-sanad
tersebut. Wallahu a’lam. (Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Silsilah Hadits
Dha’if Dan Maudhu’, jilid 1)
Pekanbaru, September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar