Masih adakah yang berani meninggalkan dengan sengaja shalat
wajib? Coba cermati penjelasan dibawah ini. Meninggalkan shalat wajib itu dapat mengakibatkan pelakunya masuk
kedalam kekafiran. Ketahuilah, siksaan untuk orang kafir itu amat sangat luar
biasa menyakitkan. Tidak akan ada yang sanggup menahannya. Jangan pernah berani
menjadi kafir.
Sebuah buku berjudul “Shalat
Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr” menerangkan tentang ancaman bagi
orang-orang yang meninggalkan shalat. Berikut penjelasannya:
Jabir bin Abdullah r.a menyatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Batas antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan
shalat.
Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim dengan lafal:”Batas antara
seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”. Diriwayatkan
pula oleh Abu Dawud dan Nasa’i dengan lafal:”Tidak ada batas antara seorang
hamba dengan kekafiran selain meninggalkan shalat”. Tirmidzi meriwayatkan
dengan lafal:” Batas antara kekafiran dan keimanan adalah meninggalkan
shalat”. Ibnu Majah juga meriwayatkan dengan lafal:”Batas antara seorang
hamba dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat”.
Buraidah r.a menuturkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Perjanjian
antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka dia
telah kafir.
(HR. Imam
Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi. Menurut Tirmidzi hadits diatas shahih.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah, Ibnu Hibban didalam shahihnya dan Hakim yang
menurutnya hadits diatas shahih)
Mu’adz bin Jabal r.a mengatakan, “
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan 10 kalimat kepadaku. Beliau
bersabda,’ Janganlah kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu,
meskipun engkau dibunuh dan dibakar. Janganlah kamu bermaksiat kepada kedua
orang tuamu (dalam riwayat lain, janganlah kamu durhaka kepada kedua orang
tuamu), walaupun keduanya memerintahkanmu untuk meninggalkan keluarga dan
hartamu. Janganlah kamu meninggalkan shalat wajib
secara sengaja; sesungguhnya orang-orang yang meninggalkan shalat dengan
sengaja, telah lepaslah jaminan Allah darinya. Janganlah kamu minum
arak; sesungguhnya arak adalah pangkal segala perbuatan yang keji. Jauhilah
segala kemaksiatan; sesungguhnya kemaksiatan itu mengundang kemurkaan Allah.
Janganlah kamu lari dari medan peperangan; walaupun orang-orang tercerai-berai,
walaupun orang-orang berguguran, teguhkanlah dirimu. Berinfaklah kepada
keluargamu dari kekayaanmu. Janganlah kamu mengangkat tongkat untuk mereka
karena memberi pelajaran. Dan, ajarilah mereka supaya takut kepada Allah”.
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani didalam Al-Kabir. Isnad Ahmad adalah shahih
seandainya selamat dari inqitha’ (terputusnya jalur periwayatan). Abdurrahman
bin Jubair bin Nafir tidak mendengar dari Mu’adz)
Abu Umamah r.a mengatakan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sungguh, simpul-simpul
Islam akan teruarai satu demi satu. Setiap kali satu simpul terurai,
orang-orang akan berpegang erat pada simpul berikutnya. Simpul pertama yang
akan terlepas adalah hukum, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ibnu Hibban)
Abdullah bin Umar r.a meriwayatkan
bahwa pada suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut tentang
shalat. Beliau bersabda:” Barangsiapa yang memeliharanya,
niscaya dia memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat.
Barangsiapa yang tidak memeliharanya, dia tidak akan memiliki cahaya, bukti dan
keselamatan. Pada hari kiamat dia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubay
bin Khalaf.”(HR. Imam Ahmad, Thabrani dan Ibnu Hibban)
Didalam hadits Isra’ Mi’raj
disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa ia menceritakan,”Lalu Nabi
mendapati suatu kaum yang kepalanya dilempari batu besar sampai pecah. Setelah
pecah, kepala mereka dikembalikan seperti sedia kala, lalu dilempari batu besar
lagi. Begitu seterusnya tak pernah berhenti. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya:” Wahai Jibril, siapakah mereka itu? Jibril menjawab:” Mereka adalah
orang-orang kepala mereka merasa berat untuk mengerjakan shalat wajib”. (HR.
Al-Bazzar)...(Shalat Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)
Pekanbaru, Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar