Dan dikatakan kepada mereka:” Janganlah kamu membuat
kerusakan dimuka bumi”, mereka berkata:” Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang Yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah: 11-12)
Yang dimaksud dengan “kerusakan” disini ialah kekafiran,
kemunafikan dan kemaksiatan. Maka firman Allah Ta’ala:” Dan apabila dikatakan
kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi,” maksudnya ialah kekafiran,
kemunafikan dan kemaksiatan di muka bumi. Karena orang yang menentang perintah
Allah atau menyuruh berbuat maksiat, berarti ia telah berbuat kerusakan di muka
bumi, karena kemaslahatan hanya akan terwujud dengan ketaatan.
Kaum munafik menduga bahwa dengan mengaku beriman, mereka
dapat menipu kaum mukmin, tetapi Allah menelanjangi rahasia mereka supaya kaum
mukmin tidak terpedaya oleh mereka, lalu menjadikan mereka sebagai pemimpin,
sedangkan mereka pada hakikatnya adalah kaum munafik. Jadi, penetapan kaum
munafik sebagai pemimpin oleh orang-orang yang beriman yang sebenarnya mereka
musuh nyata kaum mukmin, merupakan kerusakan yang besar dimuka bumi. Karena
lahiriah mereka tampak sebagai mukmin, maka ihwal mereka menjadi samar bagi
kaum mukmin sehingga hampir saja terjadi kerusakan akibat ulah mereka, sebab
merekalah yang menipu kaum mukmin dengan omongan mereka yang sama sekali tidak
benar.
Mereka berkomplot dengan kaum kafir terhadap kaum mukmin.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman:” Dan apabila dikatakan kepada mereka,
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi”, maka mereka berkata:”
Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”. Sesungguhnya kami
hendak mendamaikan kelompok mukmin dan kelompok kafir yang berasal dari
kelompok musyrikin dan ahli kitab. Namun, Allah memperlihatkan apa yang mereka
sembunyikan dan yang terdapat dalam hati mereka. Allah mendustakan mereka
dengan firman-Nya:” Ingatlah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Yakni, apa yang mereka pegang
dan duga sebagai perbuatan ishlah tiada lain adalah kerusakan itu
sendiri. Namun, karena kebodohannya, mereka tidak menyadari keberadaan ishlah
itu sebagai kerusakan. Ya Allah, teguhkanlah kami dalam memeluk agama-Mu dan menaati-Mu, dan jadikanlah kami
dari kalangan kaum mukmin yang tidak bertentangan antara lahir dan batin kami.
(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar