Mengambil sikap pembiaran terhadap kemungkaran, tidak layak
dimiliki oleh seorang mukmin. Sebab, Allah menyuruh kaum mukminin agar jangan
membiarkan orang mungkar ditengah-tengah mereka, maka nanti azab akan meliputi
mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah pula mengingatkan, jika
kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan meliputi mereka dengan azab
dari sisi-Nya. Penjelasan mengenai hal ini, dapat kita temukan dalam Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir.
Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa
orang-orang yang zalim semata diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksa-Nya.(QS. Al-Anfaal: 25)
Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya yang beriman agar
waspada terhadap ujian dan cobaan yang berlaku merata kepada orang yang jahat
dan selainnya. Ujian itu tidak hanya diberlakukan kepada pelaku kemaksiatan dan
pelaku dosa langsung, namun meliputi keduanya secara tidak dapat dicegah dan
dihilangkan. Ali Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan
ayat ini dengan,”Allah menyuruh kaum mukminin agar jangan membiarkan orang
mungkar ditengah-tengah mereka, maka nanti azab akan meliputi mereka”.
Penafsiran ini bagus sekali. Sehubungan dengan firman Allah Ta’ala,” Dan
peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim
semata diantara kamu,” Mujahid berkata,” Fitnah itupun bagi kamu”.
Ayat ini diturunkan sehubungan para sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan selainnya. Pendapat yang mengatakan bahwa
perintah waspada ini ditujukan kepada para sahabat dan selainnya, walaupun sapaan ditujukan
kepada sahabat, maka inilah penafsiran yang benar. Kebenarannya ini didukung
oleh sejumlah hadits yang berkenaan dengan perintah waspada dari fitnah.
Diantara hadits yang lebih spesifik mengenai hal itu yang dapat dikemukakan
disini ialah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Hudzaifah bin
al-Yaman bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaklah kamu
menyuruh kepada kemakrufan dan hndaklah melarang dari kemungkaran, atau Allah
nyaris mengirimkan kepadamu siksa dari sisi-Nya, lalu kamu memohon dengan
sunggug-sungguh kepada-Nya, lalu Dia tidak memperkenankan doamu.
Imam Ahmad meriwayatkan pula dari Hudzaifah, dia berkata:
Jika ada seseorang menuturkan beberapa kalimat pada zaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang dia tidak mengerjakannya, maka jadilah dia
seorang munafik. Sungguh aku mendengar sebuah kalimat dari salah seorang
diantara kamu pada suatu majelis yang diulang empat kali. Kalimat itu ialah:
Demi yang jiwaku dalam gengaman-Nya, hendaklah kamu menyuruh
kepada makruf dan mencegah kemungkaran, atau Allah menimpakan azab kepada kamu
semua, lalu kamu berdoa, namun doa kalian tidak dikabulkan. (HR. Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Ummi Salamah, istri Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Jika kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan
meliputi mereka dengan azab dari sisi-Nya. Aku (Ummi Salamah) berkata, wahai
Rasulullah, bukankah ditengah-tengah mereka ada orang-orang saleh? Beliau
menjawab, benar. Dia berkata, lalu bagaimana dengan mereka? Beliau bersabda,
apa yang menimpa khalayak menimpa juga atas orang saleh. Kemudian, orang saleh
kembali kepada ampunan dan keridaan dari Allah. (HR. Ahmad)...(Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Nopember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar