Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Januari 22, 2015

Memelihara Diri Dari Fitnah



Mengambil sikap pembiaran terhadap kemungkaran, tidak layak dimiliki oleh seorang mukmin. Sebab, Allah menyuruh kaum mukminin agar jangan membiarkan orang mungkar ditengah-tengah mereka, maka nanti azab akan meliputi mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah pula mengingatkan, jika kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan meliputi mereka dengan azab dari sisi-Nya. Penjelasan mengenai hal ini, dapat kita temukan dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim semata diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya.(QS. Al-Anfaal: 25)

Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya yang beriman agar waspada terhadap ujian dan cobaan yang berlaku merata kepada orang yang jahat dan selainnya. Ujian itu tidak hanya diberlakukan kepada pelaku kemaksiatan dan pelaku dosa langsung, namun meliputi keduanya secara tidak dapat dicegah dan dihilangkan. Ali Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini dengan,”Allah menyuruh kaum mukminin agar jangan membiarkan orang mungkar ditengah-tengah mereka, maka nanti azab akan meliputi mereka”. Penafsiran ini bagus sekali. Sehubungan dengan firman Allah Ta’ala,” Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim semata diantara kamu,” Mujahid berkata,” Fitnah itupun bagi kamu”.
Ayat ini diturunkan sehubungan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan selainnya. Pendapat yang mengatakan bahwa perintah waspada ini ditujukan kepada para sahabat  dan selainnya, walaupun sapaan ditujukan kepada sahabat, maka inilah penafsiran yang benar. Kebenarannya ini didukung oleh sejumlah hadits yang berkenaan dengan perintah waspada dari fitnah. Diantara hadits yang lebih spesifik mengenai hal itu yang dapat dikemukakan disini ialah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Hudzaifah bin al-Yaman bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada kemakrufan dan hndaklah melarang dari kemungkaran, atau Allah nyaris mengirimkan kepadamu siksa dari sisi-Nya, lalu kamu memohon dengan sunggug-sungguh kepada-Nya, lalu Dia tidak memperkenankan doamu.
Imam Ahmad meriwayatkan pula dari Hudzaifah, dia berkata: Jika ada seseorang menuturkan beberapa kalimat pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang dia tidak mengerjakannya, maka jadilah dia seorang munafik. Sungguh aku mendengar sebuah kalimat dari salah seorang diantara kamu pada suatu majelis yang diulang empat kali. Kalimat itu ialah:
Demi yang jiwaku dalam gengaman-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada makruf dan mencegah kemungkaran, atau Allah menimpakan azab kepada kamu semua, lalu kamu berdoa, namun doa kalian tidak dikabulkan. (HR. Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Ummi Salamah, istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Jika kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan meliputi mereka dengan azab dari sisi-Nya. Aku (Ummi Salamah) berkata, wahai Rasulullah, bukankah ditengah-tengah mereka ada orang-orang saleh? Beliau menjawab, benar. Dia berkata, lalu bagaimana dengan mereka? Beliau bersabda, apa yang menimpa khalayak menimpa juga atas orang saleh. Kemudian, orang saleh kembali kepada ampunan dan keridaan dari Allah. (HR. Ahmad)...(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Pekanbaru, Nopember 2014.

Tidak ada komentar: