Manakah yang lebih ringan wahai saudara pembaca, disucikan di
dunia atau disucikan di akhirat nanti dengan api neraka? Pertanyaan ini
dikemukakan oleh Dr. Majdi Al-Hilali dalam bukunya “Mencintai & Dicintai Allah”
ketika menjelaskan tentang “Diantara Manfaat Ujian”.
Dalam buku yang judul aslinya “Kaifa Nuhibbulloh wa Nasytaqu
ilaihi” itu, Dr. Majdi Al-Hilali menjelaskan bahwa Allah menguji para hamba-Nya
adalah sebagai peringatan bagi mereka dan agar mereka bersegera untuk kembali
kepada-Nya sebelum terlambat. Allah berfirman:
...dan Kami timpakan kepada mereka adzab supaya mereka
kembali (ke jalan yang benar). (Az-Zukhruf 43: 48)
Hal itu merupakan bukti kasih sayang Allah yang besar kepada
orang-orang yang berbuat kemaksiatan. Dia berfirman:”
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada
umat-umat yang sebelum kamu. Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri.(Al-An’am 6: 42)
Ujian Allah kepada para hamba-Nya juga merupakan sarana untuk
membersihkan dosa-dosa mereka di dunia
sebelum datang masa yang tidak ada cara untuk menghapus dosa-dosa selain
dengan neraka.
Manakah yang lebih ringan wahai saudara pembaca, disucikan di
dunia atau disucikan di akhirat nanti dengan api neraka? Semoga Allah
menjauhkan kita darinya.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda:
Tidaklah seorang muslim itu tertimpa rasa letih, rasa sakit,
kegundahan dan kesedihan hingga duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengannya
Allah akan menghapus dosa-dosanya. (Muttafaq ‘alaih)
Beliau juga bersabda:
Senantiasa ujian itu akan ditimpakan kepada seorang mukmin
atau mukminah pada diri, anak dan hartanya sehingga ia bertemu Allah dengan
tanpa membawa dosa. ( HR. Tirmidzi dari
Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Pekanbaru, Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar