Shalat adalah sarana untuk mempertajam kemampuan konsentrasi seseorang. Kemampuan inilah yang
akan memberi pengaruh terbesar pada keberuntungan dan kesuksesannya di dalam
menjalani kehidupan ini.
Menurut Abdul Karim
Muhammad Nasr dalam bukunya Shalat Penuh Makna ( judul asli: Nazharat Fi
Ma’anish Shalah), orang yang mengerjakan shalat akan selalu berusaha dengan
segenap kemampuannya untuk berkonsentrasi pada makna-makna shalat dan bacaan
Al-Qur’an sepanjang waktu yang dihabiskannya untuk mengerjakan shalat. Inilah
yang disebut khusuk. Tidak diragukan lagi bahwa itu akan menumbuhkan kemampuan
konsentrasi dan akan menjadi faktor terbesar dari penyelesaian masalah yang
dihadapinya. Inilah yang dimaksud dengan firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu
orang-orang yang khusuk dalam shalatnya. (Al-Mu’minin 23: 1-2)
Kemampuan konsentrasi adalah kemampuan untuk memfokuskan
pikiran pada suatu amal tunggal yang mesti diselesaikannya. Kebanyakan kita
mempunyai kekurangan dalam kemampuan untuk fokus ini.
William James, seorang tokoh psikologi modern,
menyatakan:”Perbedaan antara orang-orang yang jenius dengan orang-orang biasa
bukanlah kepada sifat atau karakter dasar akalnya. Perbedaannya adalah kepada
topik-topik dan tujuan-tujuan yang dipikirkannya dan kepada kadar konsentrasi
yang berhasil dicapainya”.
William Moulton Marston, seorang pakar ilmu kejiwaan, menulis
artikel di majalah Reader’s Digest:”Akal manusia merupakan alat yang berkemampuan
dahsyat, jika mampu berkonsentrasi dengan baik”.
Mengenai metode untuk mendapatkan konsentrasi ini, William
Moulton menyatakan:”Kemampuan ini dapat diraih dengan pelatihan. Pelatihan
membutuhkan kesabaran. Perubahan pikiran yang bercabang-cabang menjadi pikiran
yang fokus, jelas, dan penuh konsentrasi adalah buah upaya yang besar. Jika
anda bisa mengembalikan akal anda satu kali, lima puluh kali dan seratus kali
kepada topik yang ingin anda selesaikan, sesungguhnya pikiran-pikiran lain yang
mendatangi anda mau tidak mau akan mengosongkan tempatnya untuk topik yang anda
pilih dan anda perhatikan. Setelah itu anda dapat memposisikan diri anda untuk
berkonsentrasi pada topik pilihan anda dengan seluruh keinginan anda”.
William Moulton juga menyatakan:”Perkara terbaik untuk
mencegah terpecahnya pikiran adalah aktifnya akal dan tubuh dalam suatu amal
secara bersamaan”.
Shalat yang diajarkan Islam mengharuskan aktifnya akal dan
tubuh secara bersamaan. Seorang yang mengerjakan shalat melakukan gerakan rukuk
dan sujud sementara ia melaksanakan amalan shalat. (Sumber: Shalat Penuh Makna,
Abdul Karim Muhammad Nashr)
Pekanbaru, Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar