Menggabungkan shalat dengan kesabaran sekaligus adalah terapi
terbaik dalam menghadapi berbagai musibah dan kepedihan hidup yang mendera.
Demikian dikemukakan oleh Abdul Karim Muhammad Nashr dalam buku berjudul
“Shalat Penuh Makna (judul asli “Nazharat Fi Ma’anish Shalah).
Dijelaskannya, shalat mengandung amalan badan, pikiran dan
lisan. Sejatinya, seseorang tidak akan mampu melaksanakan semua amalan itu kecuali
dengan kesabaran. Oleh karena itulah kita mendapati penyebutan shalat dan sabar
secara beruntun di dalam Al-Qur’an di beberapa tempat. Diantaranya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada
Allah melalui sabar dan shalat! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar. (QS. Al-Baqarah 153)
Orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya,
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi atau terang-terangan, serta membalas kejahatan dengan
kebaikan; merekalah orang-orang yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).
(QS. Ar-Ra’ad 22)
Afif Abdul Fattaf Thabarah berkata,” Hikmah dari penyebutan
shalat dan sabar secara beruntun adalah bahwa setiap orang memiliki kadar kesabaran
yang berbeda, sebagaimana mereka memiliki ambang batas kesabaran tertentu.
Padahal terkadang musibah yang mendera seseorang lebih berat dari yang dapat
ditanggungnya. Ketika itulah shalat menjadi penyempurna kesabaran di dalam
menghadapi musibah itu. Menggabungkan shalat dengan kesabaran sekaligus adalah
terapi terbaik dalam menghadapi berbagai musibah dan kepedihan hidup yang
mendera”. (Shalat Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)
Pekanbaru, Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar