Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Juli 09, 2015

Memperindah Kebatilan Adalah Salah Satu Tipu Daya Iblis/Syetan



Syetan membuat mereka menganggap baik menyembah perhala, memutuskan tali persaudaraan, mengubur anak perempuan hidup-hidup dan menikahi ibu sendiri. Selanjutnya syetan menjanjikan mereka kemenangan mendapatkan surga melalui kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. Syetan menampakkan syirik pada sebagai bentuk pengagungan. Sedangkan kufur terhadap sifat-sifat Allah, ketinggian-Nya, Kalam-Nya dan kitab-Nya, dia tampakkan sebagai bentuk pensucian pada-Nya. Lalu meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, ditampakkan sebagai wujut kecintaan dan kasih sayang terhadap sesama manusia, manifestasi dari akhlak yang baik dengan mereka, serta mengamalkan firman Allah:” Jagalah dirimu...(Al-Maidah 105). Kemudian berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditampakkan sebagai bentuk taklid dan merasa cukup terhadap ucapan orang yang lebih mengerti diantara mereka. Bersikap munafik  dan plin-plan dalam agama Allah, ditampakkan sebagai suatu kecerdikan dan akal yang dinamis ditengah-yengah manusia.

Pernyataan diatas dikemukakan oleh Ibnu Al-Qayyim yang dikutip oleh Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif dalam bukunya “ Berbagai Penyimpangan dalam Rumah Kita ” ketika memberikan uraian tentang tipu daya iblis. Syaikh Isham mengemukakan beberapa cara tipu daya iblis dalam menjerat manusia. Salah satu diantara cara tipu daya tersebut adalah dengan “Memperindah Kebatilan”.
Dalam masalah ini, Syaikh Isham mengutip pendapat Ibnu Al-Qayyim yang mengatakan:” Diantara tipu daya iblis, dia selalu berusaha menyihir akal hingga berhasil menjeratnya, dan tidak ada yang bisa selamat dari sihir iblis, kecuali orang yang kehendaki oleh Allah. Iblis berusaha membuat seseorang  memandang baik perbuatan yang sebenarnya berbahaya baginya, sampai dia berfikir bahwa itu adalah perbuatan yang sangat bermanfaat. Sebaliknya iblis berusaha membuatnya menjauhi perbuatan yang sebenarnya sangat bermanfaat, sampai dia berfikir bahwa perbuatan tersebut membahayakannya. Maka tidak ada Tuhan selain Allah. Berapa banyak orang yang telah termakan fitnah sihir ini! Berapa kali saja hal ini menghalangi hati dari Islam, iman dan ihsan! Berapa banyak kebatilan yang sudah sangat nyata dipandang sebagai bentuk kebaikan! Sebaliknya berapa  banyak kebenaran yang sudah sangat jelas dipandang sebagai bentuk perkara yang nista! Berapa banyak manusia yang telah terkena fitnah sihir ini. Dan berapa banyak dia telah menghalangi dirinya dari hatinya, islam, iman dan ihsan?
Berapa banyak kebatilan yang nyata, lalu dia tampakkan dalam bentuk yang dianggap baik. Selanjutnya, berapa banyak kebenaran yang telah dilecehkan, bahkan ditampakkan dalam suatu bentuk yang keji? Betapa banyak hiasan palsu oleh para ahli kritik? Betapa laris penipuan oleh orang-orang yang mengerti? Maka syetan itulah yang menyihir segenap akal sehingga melontarkan pelakunya pada berbagai macam hawa nafsu dan berbagai pendapat yang berbeda, lalu bersama mereka, syetan melalui setiap jalan kesesatan. Selanjutnya melemparkan mereka pada kebinasaan di atas kebinasaan.
Kemudian syetan membuat mereka menganggap baik menyembah perhala, memutuskan tali persaudaraan, mengubur anak perempuan hidup-hidup dan menikahi ibu sendiri. Selanjutnya syetan menjanjikan mereka kemenangan mendapatkan surga melalui kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. Syetan menampakkan syirik pada sebagai bentuk pengagungan. Sedangkan kufur terhadap sifat-sifat Allah, ketinggian-Nya, Kalam-Nya dan kitab-Nya, dia tampakkan sebagai bentuk pensucian pada-Nya. Lalu meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, ditampakkan sebagai wujut kecintaan dan kasih sayang terhadap sesama manusia, manifestasi dari akhlak yang baik dengan mereka, serta mengamalkan firman Allah:” Jagalah dirimu...(Al-Maidah 105). Kemudian berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditampakkan sebagai bentuk taklid dan merasa cukup terhadap ucapan orang yang lebih mengerti diantara mereka. Bersikap munafik  dan plin-plan dalam agama Allah, ditampakkan sebagai suatu kecerdikan dan akal yang dinamis ditengah-yengah manusia. (Ighatsah Al-Lahfan min Makayid Asy-Syaithan-1/10)

Tidak ada komentar: