Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, November 19, 2015

Buah Cinta Sejati Kepada Allah

Ketika seorang hamba mengenal bukti-bukti kecintaan Allah kepadanya dan pengenalan tersebut telah munguasai perasaannya, maka tumbuhlah hubungannya dengan Allah ; bertambahlah kecintaannya dan kerinduannya kepada-Nya.
Demikian dikemukakan oleh Dr. Majdi Al-Hilali dalam bukun “Mencintai Dan Dicintai Allah ( judul aslinya “Kaifa Nuhibulloh wa Nasytaqu ilaihi”).
Selanjutnya dijelaskan, ketika cinta tersebut memenuhi hatinya, maka tidak diragukan lagi akan muncullah buahnya yang besar, sehingga bisa dilihat dalam tingkah laku dan perbuatan seorang hamba. Buah ini sulit untuk didapatkan dari pohon lain selain pohon cinta. Sebab, cinta keluar dari hati tersebut sebagai makna ibadah, yang tidak keluar dari selainnya.

Ibnu Taimiyah berkata:” Barangsiapa yang tidak mencintai sesuatu tidak mungkin ia mau mendekat kepadanya. Karena pendekatan diri kepadanya adalah sebuah sarana. Sedang mencintai sarana itu tergantung pada kecintaan terhadap tujuan”.
Karena cinta merupakan pangkal dari semua amalan agama (ibadah), maka khauf dan raja’ serta yang lainnya memerlukan cinta dan bermuara padanya. Karena orang yang sangat besar harapannya akan mengharapkan apa yang dicintainya bukan yang ia benci. Sedangkan  orang yang takut, ia akan lari dari apa yang dia takuti untuk mendapatkan kecintaan. Allah berfirman:
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan  kepada Rabb mereka siapa diantara mereka  yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya…(Al-Isra’ {17}: 57)
Oleh karena itulah dua umat sebelum kita telah sepakat bahwa yang terbaik dari peninggalan  dan hukum Nabi Musa dan Isa yang ada pada mereka  adalah wasiat tentang :”Hendaklah kamu mencintai Allah dengan hati, akal dan tujuanmu”. Inilah hakikat kelurusan agama Ibrahim yang merupakan inti dari ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur’an.
Karenanya aku (Dr. Majdi Al-Hilali) mengajak diri sendiri dan saudara pembaca  untuk memperhatikan penanaman benih-benih cinta kepada Allah dalam hati. Menjaganya dengan amal shalih hingga Allah menjadi satu-satunya yang kita cintai daripada segala sesuatu.
“…adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…”.(Al-Baqarah {2}: 165)
Ketika itulah kita akan mendapatkan buah yang manis dihadapan kita tanpa harus bersusah payah.

Tidak ada komentar: