Bagi kaum
Muslimin yang masih mentradisikan perayaan hari ulang tahun, penjelasan Syaikh
Isham bin Muhammad Asy-Syarif tentang bid’ah perayaan hari kelahiran patut
dijadikan pertimbangan. Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif dalam bukunya
“Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita” (judul aslinya “Mukhalafat Fi
Buyutina) menegaskan, bahwa didalam Islam hanya ada dua hari raya, yaitu Hari
Raya Fitri dan Hari Raya Adha yang penuh berkah. Selain kedua hari raya
tersebut, bukan termasuk hari hari raya kaum Muslimin. Bahkan hal itu merupakan
bid’ah yang tidak ada dasarnya sama sekali dalam Islam. Dan terkadang malah
menyerupai orang-orang non Muslim. Padahal Islam melarang kita dari dua hal,
yakni mengada-adakan atau membuat bid’ah dalam agama dan menyerupai orang-orang
non Muslim.
Dijelaskannya,
diantara hari-hari raya bid’ah yang dengan jelas mengandung unsur menyerupai
orang-orang non Muslim, ialah bid’ah merayakan hari kelahiran atau yang lazim
disebut ulang tahun. Perayaan ini terkait erat dengan tradisi yang dilakukan
oleh orang-orang Kristen pada hari raya
mereka, yakni menyalakan lilin sebanyak
usia orang yang mengadakan perayaan hari kelahirannya. Sesungguhnya
merayakan ulang tahun sepenuhnya menyerupai tradisi yang biasa diselenggarakan
oleh orang-orang Kristen dan Yahudi dalam bidang ini. Ini berarti kita
mengikuti syariat-syariat mereka (Ilaika Ayyuha Al-Fatat
Al-Muslimah, Munir Muhammad Al-Ghadhban, hal. 133)
Sesungguhnya
didalam syariat islam ditegaskan bahwa tidak boleh hukumnya bagi orang-orang
muslim, baik laiki-laki maupun perempuan, menyerupai orang-orang kafir, baik
dalam hal ibadah, hari raya, atau mode-mode pakaian yang khusus bagi mereka.
Ini adalah kaidah besar dalam syariat Islam. Sayangnya dewasa ini banyak orang
dari kaum Muslimin yang melanggar kaidah tersebut, baik dengan alasan tidak
tahu agama mereka atau hanya ikut-ikutan saja meniru tradisi sekarang dan
tradisi orang-orang kafir Eropa. Akibabtnya, perbuatan mereka ini menjadi salah
satu sebab kehinaan dan kelemahan kaum Muslimin, sehingga mereka dikuasai serta
dijajah oleh bangsa-bangsa asing.
Allah Ta’ala
berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Ar-Ra’ad 11)
Patut
diketahui bahwa dalil-dalil yang menunjukkan atas kaidah penting ini cukup
banyak , baik dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits. Diantaranya ialah firman
Allah Ta’ala:
Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al-Jatsiah
18)
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda:
Bukanlah termasuk golongan kami orang yang
mengamalkan sunnah selain kami. (Diriwayatkan Ath-Thabrani) …Hadits ini di hasankan oleh Al-Albani (Shahih Al-Jami’,
II/102)
Demikian
penjelasan Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif dalam bukunya “Berbagai
Penyimpangan Dalam Rumah Kita” (judul aslinya “Mukhalafat Fi Buyutina), semoga
menjadi pengajaran bagi kita.
Pekanbaru,
Pebruari 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar