Bagi sebagian pemimpin, mengerjakan
pekerjaan kasar seperti mencari kayu bakar akan dianggap hina, atau setidaknya
mengurangi gengsi. Akan tetapi bagi Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam, pekerjaan
apapun yang dikerjakan secara jujur, profesional, dan bermanfaat untuk semua,
maka pekerjaan itu adalah mulia. Kemuliaannya dan kehormatannya tidak berkurang
sedikitpun hanya karena beliau mengerjakan pekerjaan kasar. Sebaliknya, beliau
merasa bangga dan mulia jika bisa mengerjakan sendiri tugasnya, termasuk tugas
kerumahtanggaan.
Suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat melakukan
sebuah perjalanan dan perlu berkemah. Ketika hendak mengolah makanan, mereka
berebut untuk ambil bagian.
Salah seorang Sahabat berkata:” Aku yang menyembelih
kambingnya.” Yang lain menyahut:” Aku yang mengulitinya.” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam tidak mau kalah. Beliau berkata :” Aku yang
mencari kayu bakarnya.”
Mendengar inisiatif Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam tersebut, para Sahabat kemudian berkata:”
Biarkan kami saja yang mengerjakan semuanya. Lebih baik engkau beristirahat
saja”.
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam kemudian bersabda:” Aku
tahu, kalian pasti tidak menghendaki aku mengerjakan hal ini, tapi Allah tidak
suka melihatku mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini”. Setelah itu, beliau
meninggalkan para Sahabat menuju padang pasir untuk mengumpulkan kayu bakar.
Wallahu a’lam bish-shawab.
(Sumber: Suara Hidayatullah, Januari 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar