Dan
ketika orang-orang kafir memikirkan muslihat agar mereka dapat memenjarakanmu,
atau membunuhmu dan atau mengusirmu. Mereka melancarkan makar dan Allah
mengagalkannya. Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipu daya.( QS. Al-Anfaal 30)
Firman Allah Ta’ala :” Dan ketika orang-orang kafir memikirkan
muslihat agar mereka dapat memenjarakanmu, atau membunuhmu dan atau mengusirmu”.
Tatkala kaum Quraisy tidak berdaya dalam menghadapi dakwah Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam maka mereka berperkara, berkumpul di Darun Nadwah
dan berseminar. Maka, diantara mereka ada yang menyarankan agar Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam ditahan dengan cara dibelenggu, lalu mereka menanti
peredaran masa hingga dia tewas. Iblis-sebagaimana dikisahkan- ikut bersama
mereka dengan cara tampil sebagai sosok Syekh Nejed yang memberi nasehat.
(Seolah-olah penduduk Nejed dikenal sebagai pemberi nasehat dan pemilik pandangan yang bijak. Setan tampil
dalam gaya mereka agar dia disangka sebagai orang Qurasy yang akan menasehati
mereka dan mereka menjadi tenteram terhadap pendapatnya).
Setelah iblis mendengar saran dari
seseorang untuk meembelenggu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, maka musuh Allah
itu berteriak:” Yang demikian itu bukanlah pandangan”. Diantara mereka ada yang
menyarankan agar dia diusir sehingga mereka tenang. Iblis pun menolak pandangan
ini. Kemudian, bangkitlah Abu Jahal, semoga Allah melaknatnya, dan menyarankan
agar setiap kabilah mengirimkan seorang pemuda yang gagah, terampil dan gesit.
Kemudian, setiap pemuda diberi pedang yang tajam. Kemudian, mereka menebas
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai tebasan seseorang. Jika mereka
telah membunuhnya, darahnya dibagikan kepada seluruh kabilah. Saya (Abu Jahal)
kira penduduk Bani Hasyim tidak akan sanggup untuk memerangi seluruh Kabilah
Qurasy. Jika mereka melihat keadaan demikian, maka mereka akan berpikiran
logis dan kita pun menjadi tenang dan
terhindar dari gangguannya. Iblis berkata:” Demi Allah, inilah pendapat seorang
pemuda . Pendapat lainnya bukanlah pendapat”. Maka, mereka pun bubar, lalu
mengumpulkan pemuda untuk membunuh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Jibril menemui Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam dan menyuruhnya agar
tidak menginap dirumahnya pada malam itu. Pada saat itulah Allah mengizinkannya
untuk pergi. Setelah beliau tiba di Madinah, Allah menurunkan Surah Al-Anfaal
yang mengingatkan kepada Nabi akan nikmat-Nya yang telah dianugerahkan
kepadanya dan ujian yang ada disisi-Nya:”
Dan ketika orang-orang kafir memikirkan muslihat agar mereka dapat
memenjarakanmu, atau membunuhmu dan atau mengusirmu. Mereka melancarkan makar dan
Allah mengagalkannya. Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipu daya .
Peristiwa itu disebut peristiwa az-Zahmah, yaitu peristiwa penyatuan pandangan.
Diriwayatkan dari Abu Ishak:”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap tinggal hingga Jibril menemuinya.
Jibril menyuruhnya agar tidak menginap pada tempat yang biasa digunakannya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyuruhnya agar tidur ditempat Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam. Ali berselimutkan selimut Nabi yang hijau. Ali
melakukannya. Kemudian, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berangkat dengan
melintasi kaum pemuda yang berada di pintu rumahnya. Beliaupun pergi sambil
membawa segenggam tanah. Beliau menaburkannya ke kepala mereka. Allah membuat
mata kaum pemuda itu tidak dapat melihat. Beliau menaburkannya sambil membaca:”
Yaasiin…Demi Al Qur’an yang penuh hikmah…maka
Kami menutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”.(Yaasiin:1-9)
Sehubungan dengan Firman Allah Ta’ala
:” Dan ketika orang-orang kafir
memikirkan muslihat kepadamu”, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia
berkata :” Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pergi hingga tiba di gua. Kaum musyrikin
tetap menjaga Ali yang mereka duga sebagai Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Ketika pagi tiba, mereka menyerbu orang yang tertidur. Tatkala mereka
melihat Ali, Allah Ta’ala mengembalikan muslihat mereka. Mereka berkata:”Dimana
temanmu? Ali menyatakan tidak tahu. Kemudian mereka menelusuri jejaknya. Ketika
mereka sampai digunung, maka mereka berpencar, lalu naik kegunung. Mereka
melintasi gua (namun Allah membutakan mereka). Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
tinggal di gua selama tiga malam. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2,
Muhammad Nasib ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar